Banyak hal yang sudah berubah, bukan waktunya memperbaiki kenangan karena hari esok datang dengan cepat dan kemarin berlalu tanpa terduga. Orang mulai beralibi dan berbondong-bondong mengumpulkan harta, kesaksian hidup tak bisa diterka. Tidak perlu sandingkan Mall dan perpustakan, atau Hoka-hoka Bento dan buku-buku filsafat yang jadul, karena yakinlah perdebatan modernitas dan fundamentalis takkan pernah selesai.
Kalau hidup sebatas berjalan dan berbaring, tak perlu bersumpah untuk mengabdi pada Tuhan. Jika hidup sebatas merana dan meronta, kenapa harus bertahan 9 bulan dari perut yang terkasih. Ada juga yang habiskan waktu bertasbih dan membaca, merasa diri yang terhebat mendekati sang khalik. Diantara mereka memainkan mata dan lidah untuk menarik manusia yang dongkol memperjuangkan kepentingan mereka, kalau saja Tuhan lebih tegas, tak perlu bumi bersusah payah menyambut kedatangan mereka atau telan saja dalam dalam oleh tanah kemudian injak terus.
Para ahli bijak menganalisis problematika dewasa ini, orang tua meramalkan masa depan yang semakin suram, sedang anak muda tertawa disepanjang trotoar menghabiskan tegukan demi tegukan dan terlelap dengan kejahiliyahan.
Diujung sana ada kumpulan orang mengkaji riwayat Tuhan, mereka hampir melupakan tanaman yang hilang oleh bangunan besi dan baja.
Sabtu, 20 September 2014
Menggenapi Nubuwah, Mengawali Sejarah
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
23:21
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Komentar (Atom)