<i>Saat bola menjadi kandang anjing, goblok, juga kekerasan para santri</i>
Sudah lama sebenarnya aku tidak menyaksikan pertandingan bola bahkan teramat jarang aku melihat Barcelona bermain sedangkan club tersebut begitu aku sukai dari kecil. Begitupun dengan malam ini, aku lebih menyibukkan diri untuk berdiskusi tentang ulangan esok hari yang belum juga aku mengerti. “Ushul Fiqh sama rumitnya dengan filsafat” begitulah curhatan lirih hati teman-temanku yang dari tadi duduk di mesjid aliyah sambil mengerutkan dahinya beberapa kali yang tidak aku hitung.
Jam 10 malam akhirnya tiba dan tidak kerasa bagiku yang berdiam diri di mesjid aliyah, terselip niat untuk mampir diasrama bawah (kami menyebutnya asrama bawah karena letaknya berada di bawah asarama aku, dan mereka pun akhirnya terbiasa dengan sebutan itu) untuk ikut menyaksikan pertandingan Big Match antara Manchester United vs Manchester City.
Gemuruh dan sorak soray terdengar jauh sebelum aku masuk keruang namun aku yakin itu bukan pertanda gol karena gol selalu diiringin dengan sesuatu yang tidak aku inginkan. Dan sayangnya gol itu terjadi ketika aku masuk ke ruangan tersebut (asrama bawah).
“Tempo etaa” (Lihat Itu) seseorang mengawali sebuah teriakan ketika seorang pemain binta Van Versi akan menendang tendangan bebas.
“Aaa..Aaa..Annjiiingg siahh Asupkan ceuk aing ge.” Kata-katanya memang terbata tapi keras tanpa malu sedikitpun dan aku yakin orang diluar mendengarnya bahkan adik kelas yang seharusnya di beri contoh baik kini terpaksa mendengar dengus anjing itu.
“Sampahh” orang berbaju merah belambang Manchester United itu berteriak dengan kencang dan lagi-lagi tanpa rasa malu.
“Lebook Gobloookkk” ini semakin parah disusul serangan fisik pada salah satu bagian kami yang mendukung Manchester City.
Dan aku?
Yaa aku diam sambil mengais ngais jemariku, kasihan dan hendak berbuat sesuatu namun aku tahu jumlah mereka sangatlah banyak terlebih aku juga takut berbuat kebaikan. Oohh sialnya aku, betapa lemahnya diri ini menegakkan kalimat Tuhan, aku pikir diriku belum baik jadi aku tidak menggertak mereka sama sekali.
Namun kini dihadapan laptop usang pemberian ayahku, aku sadar kalau diriku telah salah membiarkan kejahatan terjadi dihadapan mataku tanpa melakukan apapun.
Lagi-lagi Tuhan menegurku dalam ingatan memoriku
<i>
“ketika orang awam terlalu fokus merubah dirinya, maka amar ma’ruf nahi munkar menjadi tiada. Tetapi justru amar maruf nahi munkar termasuk proses untuk dia merubah dirinya. Banyak orang yang hari ini mencsalah tafsirkan dalil sehingga mereka berkata ‘rubah dulu dirimu sebelum merubah orang lain’ maka alangkah lebih baiknya apabila dia berpikir bahwa mengajak orang lain itu termasuk proses yang harus dilalui apabila hendak merubah dirinya”</i>
Dan kini aku semakin malu pada diriku sendiri. Siapakah Aku?
09/12/2012
@luthfi kenoya
Minggu, 30 Desember 2012
Bola dilingkup santri
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
19:26
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Please Comment!!