Rabu, 30 Oktober 2013

sumpahku padamu wahai garuda!!

“Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya.
Indonesia sejak dulu kala tetap di puja puja bangsa “

Malam ini aku menangis, airnya terasa lambat mengalir membasahi tubuhku. Tanah air beta, begitulah seorang pahlawan dengan loyalitas tinggi memperjuangkan negara ini. Setelah sebelumnya bangsa ini di adu dombakan oleh rutinitas politik yang nampak tidak elok akhirnya mataku dibuka paksa media untuk melihat pahlawan indonesia.

Timnas U-19, pembalap internasional, bulu tangkis, olimpiade-olimpiade, budaya-budaya, semangat para murid dan guru, para dokter yang juga menyumbangkan keringatnya, mereka semua jarang sekali ku tengok. Bersimbah darah perjuangan, air mata mereka laksana ibu pertiwi yang selalu menerangi bangsa ini.

Lama sekali aku berada di zona jahiliyahnya politik, kekayaan dan keindahan indonesia tertutupi laksana ibu yang tidak dianggap anaknya. Akhir-akhir ini media kerap memberi gambaran bahwa “kita harus membenci indonesia” karena korupsi, nepotisme, konsfirasi, ketidakadilan, kebobrokan moral, pepengan suku, bentrok masa, demo dan carut marut lainnya.

Tapi justru beberapa lagu mengingatkan kita “ayoo berjuang, ayoooo lakukan dan buktikan tumpah darahmu untuk tanah air ini”, liriknya seolah menarikku, mendekap dan menyelimuti setiap kebencianku dan berubah menjadi cintaku pada tanah ini.

Aku terlalu gusar dengan perhelatan pejabat yang brengsek, dan aku lupa behwa sisi lain dari mereka sedang berjuang mengatasi permasalahn politik untuk mensejahterakan manusia, mereka mulia tapi kita tidak melihatnya – aku juga terlalu bising mendengar jeritan kelaparan rakyat jelata yang mengais-ngais makanan di lorong-lorong bekas pembuangan sampah restoran, namun aku menghiraukan guru-guru yang mengajar dengan perjalanan berjam-jam dan dengan bayaran seadanya namun dia tetap tersenyum – dan sialnya aku tidak malah miris melihat peperangan, demo, bentrok sehingga aku lupa para tenaga kesehatan yang selalu mengorbankan dirinya untuk menyembuhkan rakyat.


Barangkali semua orang pun hanya memperdulikan masalah, dan tidak tersentuh untuk sama-sama berjuang demi tanah air.  – kalau begitu aku harus memulainya sekarang, perjuangan untuk negeri ini – sumpahku padamu wahai garuda J

Jumat, 11 Oktober 2013

Untuk pertama kalinya aku membicarakan politik dalam tulisanku

Hari ini aku kembali menjamah rutinitasku yang selama ini ku tinggalkan; beberapa tugas seolah membatasi ruang kreatifitasku dalam menulis; sabarlahh... mahasiswa baruu. Haha

Kini saatnya aku menyusun setiap huruf dan kata yang berserakan dikampus dan pekarangan baja aspalnya. Kota baru yang aku jejali ini mulai merespon tindak-tandukku; sejak kemarin atmosfer perdebatan sudah mulai memenuhi waktu membacaku.

57 hari tepatnya aku berada disini, diruangan penuh dinding berlapis beton, kaca-kaca besar, serta jalanan aspal tanpa rumput hijau. Bukan tanpa cerita, aku menjalani hari-hariku sebagai mahasiswa baru jurusan ilmu politik dengan penuh ilusi. Sebaiknya ku wali dari mana semua ini? Dari semenjak orang tuaku meninggalkanku disini sendiri dan kemudian aku menangis? Atau Orientasi Mahasiswa yang membuat kepalaku stress? Atau dari mana sebaiknya aku bercerita?

Oh ya, kuceritakan apa yang perlu dunia catat tentang diriku saja. Seperti biasa, kisahnya akan saya buat fiksi namun kerap terjadi di lingkungan liberal ini.

Perlu pembaca ketahui kalau teman-teman kelasku tidak seperti yang dulu ku harapkan sejak bertekad untuk masuk kesini. Dulu ku pikir akan mendapatkan teman-teman yang kritis, suka berdiskusi dan menjadi lawan debatku dalam setiap forum-forum. Namun realita menjungkir balikkan segala pengharapanku selama ini, sialaaaaan.

Bayangkan sebuah kisah baru dalam hidupmu dan yakinlah. Pusatkan pikiranmu hanya pada saat-saat engkau memperoleh apa yang kau idamkan. Kekuatan ini akan membantumu meraih yang kau inginkan.

Begitulah pepatah para ahli bijak yang ku temukan semasa menjadi santri di garut dahulu, tapi nyatanya hal itu kini tidak berarti apa-apa buatku. Kecawa bukan main ketika tahu bahwa budaya diskusi di kampus ini mulai menghilang beberapa tahun terakhir, mungkin angkatanku yang paling paraah.

“mereka tidak mau berjalan? Kalau begitu biarlah mereka berdiam diri saja untuk waktu yang lama.”pikirku dalam hati mengomentari teman sekelasku yang tidak peka dengan keadaannya sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Politik. Akhir-akhir ini kita disikbukkan dengan banyaknya perdebatan senior tentang dunia islam terutama liberalisme dan fundamentalisme, atau qodariyat vs jabariyat.

Tapi perdebatan itu lebih baik daripada teman-temanku yang memilih kuliah pulang-kuliah pulang, apa mereka mau menghabiskan uang 3 juta dengan hanya duduk 5 jam di ruangan ber-AC dan kemudian pulang ke rumah? Apa ini yang namanya mahasiswa? Bukannya mau mengalahkan UI?

“orang yang tidak mau memilih dianggap mati di mata tuhan, meski dia masih bernafas dan berkeliaran di jalan-jalan.” Begitulah emosiku yang tidak bisa terluapkan sama sekali, kekesalan yang semakin hari menjadi-jadi. Ingin rasanya aku merubah keadaan, tapi siapakah aku?  selama aku disini (di kelas A jurusan Politik) mengapa aku tidak menemukan seorangpun yang mau membantuku mengusahakan kemajuan? Aku hanya seorang anak muda, sendirian pula. Apa pentingnya diriku?" Ujarku yang berusaha menghakimi diriku saat itu.

“Menurutmu apa pentingnya matahari yang bergerak sendirian di langit sana? Apa pentingnya gunung-gunung yang menjulang di tengah-tengah lembah sana? Apa pentingnya kehadiran pos satpam yang 12 jam dilalui ratusan kendaran para mahasiswa? Tapi justru merekalah yang menyeimbangkan siklus kehidupan ini, satu dari mereka tidak ada maka kau tidak akan berada disini” suara itu jelas ku dengar, sore itu di ruangan teman-temanku sudah pulang semuanya; tentu aku tidak tahu dari mana asal suara itu.

Tanpa diduga suara itu muncul lagi, kali ini aku yakin hatiku sedang menasehati diriku “kalau aku menyempatkan diri memikirkan alasanny, pada akhirnya aku akan merasa tak sanggup mewujudkan apa yang aku inginkan.”

Hari itu akhirnya ku yakinkan diriku untuk melakukan perubahan, bismillah. Hingga akhirnya hari esok tiba, setelah pelajaran pertama selesai seseorang di sudut sana tidak ikut keluar dan pergi ke kantin, tumben bangett.  Ku coba untuk menegurnya, ada apa bro? (mencoba untuk mencairkan suasana).

“Tidak apa, aku hanya tidak mempunyai pekerjaan.” Sahut temanku yang berinisial R itu.

“Kalau begitu beejarlah pada sesuatu. Pada saat ini, banyak orang berhenti menjalani kehidupan. Mereka tidak marah, juga tidak berseru-seru memprotes; mereka sekedar menunggu waktu berlalu. Mereka tidak menerima tantangan-tantangan kehidupan, jadi kehidupanpun berhenti memberikan tantangan pada mereka. Kau juga mengambil resiko yang sama; tunjukan reaksi, hadapi hidup,tapi jangan pernah berhenti hidup.” Kataku so bijak dihadapannya.

“Akhir-akhir ini kita disibukkan dengan diskusi liberal dan fundamentalis, kakak kelas seolah keren di mata mahasiswa baru ketika memperdebatkan itu. Tapi aku tanya Untuk apa kita belajar politik? Jika orang orang dikampus memperdebatkan masalah islam?” tanya dia, sepertinya aku tidak sendiri. Tuhan memberikan orang yang nantinya dapat menemaniku merubah kelas ini, setidaknya ada harapan setelah kemarin kegelapan menghantuiku.

“Aku mengerti, inilah yang kemarin ku pikirkan. Ada beberapa potong rel yang puutus dan kereta akhirnya keluar dari relnya, seperti itulah pembelajaran hari ini. Seharusnya kita fokus untuk merubah bangsa ini! Mempelajari politik untuk kemajuan bangsa ini. Cukuplah islam didiskusikan diluar kampus.” Jawabku yang sejak tadi setuju dengan dia.

“Tapi aku juga merasa minder mempelajari politik, korupsi merajalela dan koruptor semakin banyak. Adakah cara untuk menyembuhkan negeri ini? Aku yakin tidak ada.” Rasa pesimis itu percis seperti yang dikemukakan Wina di beberapa smsnya.

Aku diam tanpa suara, sekarang aku belum bisa menjawabnya. Setumpuk teori ada di kepalaku namun belum ku pikirkan bagaimana jalan keluar bangsa ini, aku bisa mengatakan “Ini hanya permasalahan orangnya saja, suatu saat kita tidak boleh seperti itu.” Tapi kupikir kembali kalau dia tidak akan puas dengan jawaban sederhana itu.

“Kenapa tuhan membuat negeri kita seperti ini? Bukankah ulama masih banyak? Apa yang salah dari Indonesia sehingga dia memberikan azab yang tidak ada solusinya?” pertanyaannya semakin banyak,membuatku sulit untuk menjawa mana dulu yang di prioritaskan.

“Terakhir tolong jawab pertanyaanku, kenapa kau berjuang untuk bangsa ini? Apa yang dia berikan padamu? Bukankan negara sudah dipenuhi pengusaha-pengusaha yang rakus? Bukankah mereka tidak akan menilaimu kecuali dari hartamu? Apa yang kau bela? Sudah tidak adalagi cara kawan.” Pertanyaannya semakin mengarah dekat dijantungku, tanpa ada jawaban kemudian dia meninggalkanku dan sekarang keadaannya terbalik, aku merenungkan beberapa pertanyaannya. Sialaaan, dia malah membuatku pesimis.

Akhirnya pada hari berikutnya aku jawab serinci mungkin, karena dikala malam tuhan selalu mengajariku banyak hal bahkan menunjukan padaku apa yang seharusnya ku katakan dan ku ucapkan. perhatikan ini.....

Kenapa ada korupsi?

Tuhan pasti sudah berusaha menggunakan cara-cara lain, tapi ternyata kita tidak mau mendengar. Kita sudah terlalu terbiasa dengan hidup kita, dan tidak mau lagi membaca sabda-sabdanya. Maka korupsi adalah salah satu cara membuat kita berada di posisi sama yaitu korban.
Dimanakah dia menuliskan sabda-sabdanya?
Di dunia sekitar kita, kalau engkau memperhatikan apa-apa yang terjadi didalam hidupmu, setiap hari akan kau temukan dimana dia menyembunyikan sabda-sabdanya dan kehendaknya. Cobalah melakukan perintahnya; untuk itulah engkau diberikan kehidupan di dunia ini.
Aku tidak ingin membicarakan perbedaan-perbedaan kita, aku lebih tertarik pada kesamaan kita. Tragedi ini telah menyatukan kita dalam satu rasa; putus asa. Kalian dan aku sama-sama rakyat biasa, tapi kalian juga bisa bertindak sebagai penjuang. dan pejuang selalu tahu apa yang layak diperjuangkan. Dia tidak akan maju perang demi hal-hal yang bukan urusannya, dan dia tidak membuang waktu untuk provokasi-provokasi.

Pejuang juga bisa menerima kekalahan. Dia tidak menganggap enteng kekalahan,  juga tidak berusaha mengubahnya menjadi kemenangan. Dia menelan kepahitan akibat kekalahan; dia menderita melihat sikap masa bodoh dan putus asa karena kesepian. Namun setelah semua itu berlalu, dia akan bangkit kembali dan memulai segalanya dari awal. Pejuang tahu bahwa pejuang terdiri atas banyak pertempuran; dan dia akan terus maju.
Kau tanya kenapa aku membela negri yang pincang dan pemerintah yang busuk ini, aku jawab,
Aku mesti menunjukan kepada kalian, semua temanku, orang tuaku, guru dan juga para penguasa  yang ada disana bahwa ada alasan untukku mempertahankan bangsa ini. Bukan demi mempertahankan sebuah nama kampus, jalanan macet, ataupun istana presiden yang sudah dibangun mewah. Aku  mesti menghadapi koruptor karena aku mesti memberi teladan bagi semua orang yang akan ikut berjuang bersamaku serta keturunanku yang akan ikut memperjuangkan masa depan bangsa ini jika aku harus meninggal sebelum kemenangan tiba.

Aku melakukannya untuk menunjukan pada kalian teman-temanku, bahwa masih ada masa depan. Dan kita akan melakukannya untuk menunjukan pada rakyat indonesia bahwa masa lalu sudah lewat.








Rabu, 09 Oktober 2013

The Immortal of War



Hidup adalah misteri dan sampai kapanpun akan tetap menjadi misteri, tanpa henti manusia berusaha menelaah setiap peristiwa yang terjadi dan kemudian membangun teori dengan anggapan paling benar. Namun waktu mengajari manusia bahwa kebenaran tidak abadi, teori baru meruntuhkan teori lama seperti halnya revolusi meruntuhkan sebuah dinasti.

Apabila ditarik kebelakang, dengan seksama kita akan menemukan banyak pertentangan antara satu individu dengan individu lainnya, kelompok dengan kelompok lainnya, bahkan antara peradaban sekalipun. Seperti halnya Abad Pertengahan dan Renaisans yang jelas kontradiktif (meskipun saat itu orang-orang tidak menyadarinya).

Sekitar 1997-1822 SM Ibrāhīm [ʔibraːˈhiːm] dari Mesopotamia menanyakan siapa tuhan yang selama ini disembah manusia. Perjalanan panjang mengantarkan dirinya pada pembelajaran mengenal tuhan secara rasional setelah sekian lama – sejak Adam – manusia hanya dikenalkan pada Tuhan melalui dogma dan kepercayaan yang berpangkal pada hati.  Beberapa kisah Ibrahim atau yang dikenal Abraham dalam alkitab menunjukkan karakter rasionalitas yang kuat pada dirinya, salah satu diantaranya adalah perdebatan dengan ayahnya[1] , ibrahim – dalam kalimatnya “Tanyakan saja pada berhala yang paling besar itu, siapa yang menghancurkan mereka (patung lainnya)?” –mengiindikasikan bahwa rasionalitas adalah hal yang penting.

Namun jauh sebelum kisah Ibrahim menginspirasi para filsuf untuk mempertanyakan segala sesuatu dengan akal, Kisah Adam[2] tidak kalah menarik minat para pengkaji filsafat. Jostein Gaarder[3] dalam buku Cicelia dan Malaikat Ariel – pemikiran filsafat yang dituangkan dalam novel – memandang Adam ketika di surga adalah seorang remaja yang memiliki rasa penasaran tinggi sehingga berujung untuk menocoba memakan buah yang konon dilarang oleh tuhan. Dalam hal ini Gaarder ingin menyampaikan bahwa adam mengikuti akalnya dibanding iman pada tuhan, terlepas salah ataupun benarnya secara dogma agama namun hikmah yang kemudian diambil adalah motivasi belajar dan mencari kebenaran lewat akal sangat diperlukan.

Mayoritas agama pada umumnya menempatkan hati sebagai instrument utama mengenali hakikat Tuhan dan alam semesta, pertentangan yang kemudian menjadi perhelatan akbar dan dikenal sebagai peperangan abadi – The Immortal of War – sejatinya tidak dapat dimenangi oleh siapapun namun secara gradual tetap diperjuangkan hingga saat ini dan di bahas dalam setiap displin ilmu. Misalnya dalam sosiologi, kita mengenal teori tindakan sosial yang dikemukakan Max Weber[4] dan teori fakta sosial yang dikemukakan oleh Emile Durkheim[5]. Pemikiran keduanya sampai saat ini masih banyak diperdebatkan. Didalam agama islam sendiri terdapat perdebatan panjang yang tidak berkesudahan terjadi antara Qadariyat dan jabariyat, atau didalam Ilmu Politik misalnya kita dikenalkan kedalam dua bentuk negara yang sangat bertolak belakang yaitu antara Teokrasi  dan Demokrasi. Sedangkan dalam skala yang lebih besar dua peradaban yang bertolak belakang dalam sejarah yaitu Abad Pertengahan dan Renaisans merupakan contoh besar dari perdebatan klasik antara Idealis dan Rasionalis.

Teori tindakan sosial misalnya, terbentuk ketika awal mula Peradaban Renaisans[6] sehingga manusia secara individu dapat menentukan nasibnya bahkan manusialah yang menentukan sistem masyarakat. Pemikiran ini dalam islam dikenal dengan faham Qadariyat Yaitu aliran atau paham teologi yang percaya bahwa segala tindakan dan perbuatan manusia itu terjadi tanpa ada campur tangan Tuhan, artinya manusia bebas melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya. Aliran ini berpendapat bahwa setiap manusia adalah pencipta bagi segala perbuatannya; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.  Baik tindakan sosial ataupun faham qadariyat, keduanya memiliki sat kesamaan yang menempatkan akal pada urutan lebih tinggi sehingga manusia tanpa interfensi tuhan ataupun sistem masyarakat dapat menentukan nasibnya sendiri. Dampak dari hal ini dalam ilmu politik adalah terbentuknya sebuah bentuk negara yang demokrasi dimana hak asasi manusia dijunjung tinggi.  Dan dalam skala yang lebih besar, di zaman Renaisansterdapat pandangan positivis yaitu manusia percaya bahwa dirinya dapat memahami alam semesta serta dapat melakukan apapun yang mereka inginkan.

Di kubu yang bersebrangan, dimana hati atau Qalb menjadi pijakan dalam memahami segala sesuatu tentulah selalu berlawanan dengan golongan-golongan diatas. Fakta sosial yang merupakan teori dari Durkheim memberikan pemahaman bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh nila-nilai yang ada dalam masyarakat, dalam hal ini manusia tidak memiliki pilihan lain kecuali memerankan fungsinya sebagai manusia dipaksa melakukan sesuatu. Seperti halnya faham Qadariyat, Asy-Syarastani[7] menegaskan bahwa  paham al-Jabr berarti menghilangkan  perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah SWT. Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Sama halnya tindakan sosial dan qadariyat, konsekuensi logis dari fakta sosial dan faham jabariyat adalah sebuah bentuk negara yang yang dinamakan Teokrasi atau negara berupa hadiah dari tuhan dan harus tunduk pada perintah tuhan. Hal ini terjadi di abad pertengahan ketika Romawi kalah perang dan meminta bantuan pada Gereja sehingga saat itu kedudukan gereja adalah diatas segalanya dan semua warga negara harus tunduk pada kekuasaan Paus yang merupakan utusan Tuhan.

Perhelatan akbar atau peperangan abadi ini yang menjadi warisan dari setiap generasi, dunia seolah terbagi dua : sebagian percaya bahwa Tuhan telah mengatur seluruh kehidupan melalui peradaban, negara, masyarakat serta lingkungan. Semuanya merupak satu kesatuan yang berjalan seperti halnya sistem tubuh manusia dimana setiap orang mempunyai peran masing-masing dan orang itu tidak mempunyai pilihan selain melakukan perannya. Namun sebagian yang lain berada di posisi yang berlawan dengan paham fosotivisme, percaya bahwa tuhan tidak memiliki hak menginterfensi siapapun.

Meskipun banyak tokoh yang mencoba mendamaikan kedua kubu ini, namun pada kenyataannya kedua kubu ini tetap Survive dengan contoh-contoh yang berbeda dari masa ke masa namun memiliki kesamaan apabila diruntutukan dari segi sejarah dan kesamaan pemahaman. Ilmu pengetahuan misalnya yang diprediksi dapat menyatukan kedua kubu, seperti halnya dikatan Einstein “Religion without science is lam , Science without religion is blind” tetapi tidak dapat dipungkir dua kubu ini seolah menutup mata antara satu dengan yang lainnya.

Realita sederhana, akhir-akhir ini pesantren-pesantren yang memiliki faham fundamental[8] melarang santrinya untuk menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perintah ini bukan tanpa alasan, melainkan kultur yang dibentuk di dalam Perkuliahan juga lingkungan adalah tardisi diksusi yang menempatkan akal dalam porsi lebih dibandingkan aspek spiritual. Tentu hal ini merupakan salah satu dari sekian dampak  kronologis sejarah yang panjang mengenai perhelatan akbar atau peperangan abadi diatas.

Golongan tengah pun pada hakikatnya tidak benar-benar berada di garis tengah atau angka 3 dari angka 1 sampai 5, Telcot Persons misalnya yang mencoba menggabungkan dua pemahaman bertolak belakang antara Max Weber dan Emile Durkheim pada akhirnya cenderung memihak pada teori fakta sosial milik Durkheim.

Dewasa ini, menggabungkan kedua kutub yang seling bertentangan bukanlah solusi utama, karena tidak ada cara untuk menggabungkan air dan minyak atau air dan api. Ir. Soekarno sepertinya sejatinya menempatkan Indonesia untuk menjadi negara non blok, prinsipnya bukna berarti tidak mengikuti keduanya[9] melainkan mengambil kebaikan dari setiap kebenaran yang ada. Dalam hal ini perkataan Aristhoteles akan menjelaskannya: Amicus Plato, sed magis Amica yang artinya “Plato Kukasihi, tapi aku lebih mengasihi kebenaran”.

Ahmad Dahlan yang merupakan tokoh pahlawan indonesia juga pendiri organisasi Muhammadiyah telah meralisasikan solusi ini jauh sebelum indonesia merdeka. Dia mengambil ajaran yang menurutnya baik serta relevan, tidak peduli madzhab manapun. Cara inilah yang kemudian diadopsi oleh banyak golongan tengah, meskipun dikemudian hari terdapat pandangan miring yang mengatakan bahwa solusi ini juga cenderung pada salah satu kubu.
Namun sebagaimana dihadapkan pada statement pembuka, hidup adalah misteri dan perhelatan ini merupakan peperangan abadi yang tidak bisa dimenangkan namun tetap harus diperjuangkan. Bagaimanapun solusinya saat ini, tidak ada kebenaran abadi dari sebuah teori karena sejarah senantiasa membantah satu sama lain, namun bukan berarti mereka semua salah. Menurut socrates kebenaran dan keadilan itu adalah relatif.


[1] Ibrahim menghancurkan seluruh berhala dan menyisakkan satu yang terbesar diantara yang lainnya.

[2] Adam yang diceritakan memakan “Buah Terlarang” diusir dari surga bersama Hawa ke bumi
[3] The Best Author of Shopie’s World (Norwegian : Sofies Verden),1991, Norwegian: Berkley Books.
[5] The Rules of Sociological Method                                                                                                   
[6] Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M.
[7] Al-syahrastani,op,cit,hlm.85
[8] Pandangan keras yang mencoba melestarikan pokok-pokok atau prinsip ajaran terdahulu.
[9] Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Rabu, 01 Mei 2013

Filosofi Aster



Aster, aster
Aku mengulangnya satu dan dua
English daisy Gerbera daisy, Blue daisy, Sunshine daisy
Ada makna biologis yang tak ku terka dan tak ku duga
Aster
Huruf dengan penuh spektrum dalam setiap varietas
Mengintip gugusan bintang sebagai awal mula sebuah nama
Yang konon aster adalang bintang
Seperti halnya tanpa bintang, langit tak akan kunjung beruban
Dan taman akan mulai kehilangan segala rasa
Saat keberagaam aster yang mulai punah
Manusia dalam segala rasa
Hasil budi dan kasih ratu aster dalam pengajaran hakikat hidup
Yang penuh warna

Aster adalah bunga kesukaan seseorang, buatnyalah buku ini kudedikasikan. Aster selalu muncul dalam berbagai warna, dan itulah yang membuatnya nampak indah. Seorang ahli mengatakan bahwa tak akan indah rasanya sebuah taman tanpa bunga aster.

Sejak saat itulah aster memiliki cara pandangnya sendiri, aster yang tumbuh dengan beragam jenis semakin membuat bunga tersebut layak menyandang predikat sebagai base of life (hakikat hidup) yang selalu memiliki beragam cara pandang, kultur, karakter, keinginan, sifat, dan lainnya. 

Aster juga mengajari kita bahwa hidup harus beragam, rasa sedih, bahagia, kecewa, senang, iri, marah, gembira, semangat, rapuh atau yang lainnya senantiasa menghiasi derap langkah kemanapun seseorang pergi.
Begitu dalam pengertian aster, tapi tak jarang orang melupakan bungan indah ini. Seseorang membuka mata saya bahwa ada makna mendalam di balik bunga aster. Dan hari ini aku menemukan makna itu dan ku tuangkan seluruhnya pada sebuah buku yang di beri judul “hakikat hidup Aster”

Selasa, 30 April 2013

Perhatosan Tapantri

Assalamulaikum,
kawan - kawan sekalian berhubung saya punya tugas bikin puisi buat sekapur sirih di hari H (tapantri), berikut lirik dan rekaman yang bisa di download oleh kawan-kawan yang berkenan. silahkan

Lirik file .doc :
http://www.4shared.com/file/wPCxBPGH/Puisi_Tapantri.html

Rekaman file .3gpp (video tanpa gambar)
http://www.4shared.com/get/P7cif3m8/Puisi_for_Tapantri2013.html

Selasa, 12 Februari 2013

saat aku melawan pendewa uang


sedikit menogobrol dengan gama,... dengan sedikit tambahan dari saya, bukan maksud menambah tapi hany untuk menekankan.

"do kenapa pengen ekonomi?"
"hayang beunghar pi " (ini contoh jawaban yang saya gak suka)
"ah elu, jang naon beunghar?"
"eh pi engke urang bisa ngabantu orang miskin." (hahaha jawaban ini yang konyol dan dapat sekilas ketebak)
"Oh ya?" dalam hatiku cekikikan tak menentu.
"iyalah pi.... selain itu juga saya bisa membangun indonesia lebih maju" (jawaban ini makin membuatku tertawa"
"apa memang indonesia butuh ekonomi? dan apa orang miskin butuh uang? apa memang matamu dibeli dengan uang sehingga hanya uang yang ada dalam harapanmu? jadi apa uang dapat membeli segalanya? bukan kah hadist2 itu mengatakan bahwa suatu saat nanti uang adalah agama mereka dan perut adalah tuhan mereka? mau kah kau seperti itu?"

cukup sampai disana percakapan kami, karena memang aku tak suka. tapi aktu berjalan begitu cepat dan kami kembali mendiskusikan hal yang sama.  kali ini aku mencoba bersabar berbicara tentang uang yang sama sekali tidak pernah kusukai. bukan karena takut untuk menjaid kaya atau merasa pesimis mendapatkannya, melainkan karena aku tahu tuhan selalu sempurna dan adil. jika kualitas memang sudah baik maka uang akan menyusul dan tidak perlu dikejar. begitupun jabatan juga wanita. kualitas dan kedekatan kita dengan tuhan adalah yang utama dalam hidup ini. saya hanya takut temanku jatuh pada lubang seperti halnya orang lain,

"satu hal kawan, uang tak akan membeli segalan bahkan perubahan. aburizal bakri juga bill gates tidak murubah apapun di dunia ini selain menambah perpecahan.kenapa sahabat nabi yang kaya itu menjadi tokoh saat itu? karena memang mereka tidak mendewakan uang oleh karena itu mereka memberikan apapun yang mereka punya untuk islam, untuk kedekatan dengan Allah."

"karakter orang dilihat dari jawaban pertama dan jika jawaban pertama sudah uang atau kaya maka mereka akan melakukan apapun untuk kaya. kaya lah tujuan utama mereka seperti halnya cerita zaman nabi ada orang yang ingin kaya dan nabi mendoakannnya. saat itu dia berjanji akan selalu bershodaqoh tapi nyatanya lambat laun dia justru meninggalkan shlat berjamaah karena mengurusi uangnya. kenapa terjadi ? karena mimpi adalah kayak bukan bermanfaat."

"begitupun hari ini kawan, saya tidak pernah melarang siapapun untuk kaya. adapaun kenapa saya tidak suka? karena jawaban yang pertama dilontarkan orang se pemimpi kaya adalah uang dan harta. tapi seandainya dia bermimpi untuk mensejahterakan indonesia ataupun dunia, maka bisnis atau kaya adalah jalannya. kaya adalah titipan allah dan bukan akhir dari hidup engkau, kaya itu nomor dua dan yang pertama adalah memberi dalam hal apapu, orang yang berilmu maka memberilah dan orang yang kaya maka memberilah."

"tentu beda orang yang menjawab karena ingin kaya dan ingin merubah bangsa ini. kawanku, orang tua saya menasehati saya 3 hal. janganlah mencari harta, jabatan juga wanita. tapi carilah ilmu maka semuanya akan kau dapatkan dengan sangat mudah seperti engkau membalikan telapak tanganmu, namun ingat mencari ilmu adalah hal yang sulit dan terkadang ketika orang sudah mengenal uang maka hilanglah keinginannya untuk mencari ilmu dan nantinya haus jabatan."

hari ini bukalah mata kalian, kita pelajar yang seharusnya menuntut ilmu bukan uang. adapun jika memang butuh uang maka tetap ilmu adlaah nomor utama. berrdzikirlah untuk kedekatan kita dengan tuhan bukan untuk kaya, berdoalah agar senantiasa bisa memberi di jalan allah bukan berdoa untuk uang. Tuhan tak pernah tidak adil, dia akan memberimu apa yang dibutuhkan jika memang engkau mendekat padanya.

jadilah orang kaya karena memang kamu membutuhkan kekayaan itu untuk mencapai mimpimu dalam merubah dunia atau lingkungan. jangan sekalipun kaya kau jadikan sebagai mimpi karena itu akan membuatmu buta dan haus uang. kawan, aku tahu karakter kalian dan akau bisa membaca apa yang ada di benak kalian meskipun itu tersembunyi karena memang aku hidup bersama kalian dan sudah terbiasa dengan orang munafik yang perkataannya diluar konsep dan kenyataan.

mari susun ulang peta hidup kita untuk merubah keadaan, aku butuh anda yang kaya sebagai teman bukan musuh. karena musuhku adalah kapitalisme yang menghancurkan indonesia....
orang miskin butuh uang tapi setelah mereka berilmu sehingga dengan uang itu mereka dapat lebih berarti lagi.
so, maksih atas perhatiaannya :O)

Sabtu, 02 Februari 2013

Surat untuk teman-temanku yang sudah pintar Matematika.

Kawan, aku tahu keadaan kitra. Siapa kita? Dan apa yang kita punya? Bahkan aku tahu setiap mimpi masing-masing dari kalian. Sebagian dari kalian berkhayal SUkSES, KAYA, TERKENAL bahkan MENGUBAH DUNIA.
Tapi kawan, coba lihat hari ini. kita menghadapi UN, UM, dan ujian lainnya.
Belum lagi mimpi kita masuk Universitas ternama
Namun kenapa kita abaikan guru yang mati-matian mengajari kita, mempermudah bahkan mendoakan kita?
Kenapa?
Apa memang kita tidak butuh doa dan perjuangan mereka?
Atau memang kita sudah pintar dan sangat hebatnya?
Aku salut kepada kalian
Sangat salut,
Tidak masuk pelajar BP dan Biologi atau Tilawah dan yang lainnya bukan masalah utama
Karena memang gurunya sendiri asal-asalan
Tapi FISIKA, KIMIA, MATEMATIKA,
Terlebih gurunya sangat professional
Adalah kesalahan yang tidak kecil krtika kita mengabaikannya.
Allah selalu melihat usaha,
Dan coba lihat usaha Pak Muntaryo dan pak sofyan
Masih mau mencapakannya?
Guru lain bisa jadi kalian campakkan
Tapi guru2 yang berusaha mati-matian tak boleh kita nodai usahanya.
Sekian

Dari orang biasa untuk mereka yang merasa selalu luar biasa dan berjalan dengan tegap.

Minggu, 27 Januari 2013

Idealisme? Realisme? Anda salah! Aku Tsubasa Ozora



Idealisme? Realisme? Anda salah! Aku Tsubasa Ozora
Essay ini ku persembahkan untuk Essay Competition
                      Smart UI Goes to School 7 dengan memilih tema Langkah Kecil Untuk Mimpi Besarku.

Hidup ini adalah misteri dan akan tetap menjadi misteri sampai kapanpun, itulah mengapa kita tidak pernah tahu siapa diri kita esok hari. Kita hanya tahu mimpi apa yang sedang kita pegang dan kita gantungkan seraya mesti percaya bahwa Tuhan selalu menyaksikan setiap hambanya yang berusaha mendekat padanya. Dengan kata lain hanya rasa optimislah yang kemudian akan menghadirkan khayalan itu tepat dihadapan mata.

Kala kecil kita selalu ditanya oleh orang-orang disekitar kita “Apa cita-citamu?” dan dengan bangga kitapun menyebutkannya “Saya ingin menjadi Ilmuwan” bahkan sebagian anak mengatakannya dengan nada yang sangat keras sama halnya aku.
Tidak ada yang aku pikirkan saat itu, selain bangga melihat idolaku tertempel di buku pelajaran sekolah. Dengan rasa pamer aku memperlihatkan foto itu kepada teman disampingku dan canda tawa mulai mengiringi obrolan singkat kami untuk saling membanggakan idola masing-masing.
Manusia memang hidup dengan mimpinya masing-masing namun mimpi hanya dimiliki oleh para pemuda juga remaja. Karena merekalah yang dalam keadaan semangat membara untuk mengejar takdir mereka sendiri.
Takdir adalah apa yang kita inginkan. Dan ketika kita menginginkan sesuatu maka seluruh jagatraya bersatu padu untuk membantu kita merealisasikannya. -Paulo Caelho-
Dengan begitu misteri adalah apa yang kita inginkan. Memang tidak diketahui namun senantiasa direncanakan oleh setiap orang yang berusaha menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang mempunyai tujuan dalam hidupnya.
Aku yang ketika kecil dengan polosnya menuliskan mimpiku dalam kalimat bahasa inggris seadanya “I’ll Change The World” seketika orang-orang disekelilingku mencibir dan menghinaku akan impian yang mustahil itu. Namun aku tahu hal itu bukan mustahil karena berangkat dari misiku untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah lama tertidur. Sayangnya itu adalah aku dahulu dengan optimis yang besar.
Namun kondisiku yang semakin dewasa malah merasakan pesimis dengan mimpi besarku dahulu, sepertinya memang mustahil aku merubah dunia yang sangat besar ini. Socrates bilang “Orang paling bijak adalah dia yang tahu bahwa dirinya tidak tahu apa-apa” dengan kata lain semakin aku dewasa dan belajar maka aku akan semakin pesimis karena merasa paling bodoh dan tidak tahu apa-apa.
Tapi cukup sampai disana aku melupakan mimpiku setelah akhirnya aku menemukan keajaiban, Tuhan menegurku. Ya, Tuhan seolah membimbingku untuk kembali bangkit dan mengejar mimpiku, bagaimana cara Tuhan menegurku? Sangat sederhana yaitu dengan tulisan yang pernah aku tulis dahulu kala dan aku temukan disela-sela buku catatanku.
Ya Allah, berikanlah aku musibah dan masalah terbesar dalam hidupku agar aku dapat meloncat menjauhi teman-temanku
Doa singkat inilah yang menggambarkan kondisiku dahulu dengan semangat dan mimpi besarku. Aku hanya bisa berlinang air mata hari ini diumurku yang 17 tahun karena aku tahu bahwa selama ini telah aku lupakan Tuhan dan masa mudaku yang ambisius. Dan aku sadar Tuhan sedang memberikan cobaan agar aku berkembang bukan untuk tenggelam.
Keadaan dewasa memang membuat banyak orang memandang hidup dengan realistis, namun pada akhirnya cara seperti itu malah membuat orang-orang menjadi pesimis dengan mimpi besarnya ketika kecil, termasuk aku.
Anak kecil memang polos, terutama komik dan film kartun membuat mereka berkhayal tinggi. Menjadi pemain bola nomor 1 seperti Tsubasa, Detektif terkenal seperti Sherlock Holmes ataupun menjadi yang terkuat seperti Naruto.  namun sebenarnya kartun dan komik adalah motivasi terbesar untuk anak kecil yang bermimpi besar.
Hari ini aku ingin bercerita pada dunia, memberitahu pada setiap orang dan membisikannya pada orang itu bahwa aku telah kembali menjadi anak kecil dengan mimpiku merubah dunia. Kesimpulan ini aku ambil karena aku melihat tulisan yang aku tulis dahulu dan seketika semangat anak kecilku hadir dan mengisi kedewasaanku. Kini aku memang terlihat dewasa namun tetap seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa tapi dengan mimpi yang besar.
Kehidupan manusia adalah semangat mereka, sedangkan semangat selalu naik dan turun. Rasa optimis terkadang hadir namun adakalanya lenyap, maka kita harus punya strategi untuk itu, The Secrets of how scientist think (Rahasia berpikir para Ilmuwan) yaitu Menulis. Dan ini menjadi gagasan pertamaku.
Kita tidak tahu siapa itu Socrates dibanding Aristhoteles karena memang Socrates tidak pernah menulis sedangkan Aristhoteles selalu menuliskan gagasan juga pemikirannya. Padahal Socrates adalah guru Plato dan Plato adalah gurunya Aristhoteles namun dunia hanya mengenal mereka yang menulis dan berkarya karena dengan menulis dunia akan tahu siapa dan apa yang telah kita lakukan. Tanpa menulis maka dunia seolah melupakan kita, dan bukan tidak mungkin kita dianggap tidak pernah ada layaknya sorates yang masih menjadi misteri sampai hari ini, dan kita mengenal Aristhoteles dengan berbagai karyanya.
Perubahan besarku berawal dari tanganku yang selalu menulis dan pemikiranku yang besar seperti halnya anak kecil namun bukan berarti itu mustahil. Aku hanya perlu mengembangkan konsepku menjadi lebih nyata dengan semangat yang dahulu aku rasakan. Semangat itulah yang kembali hadir ketika aku membaca dan mengenang masa kecilku, dengan kata lain jika aku dahulu tidak menulisnya maka hari ini aku tetap akan menjadi orang yang pesimis.
Jadi singkatnya ketika aku dahulu menginginkan sesuatu maka dengan rasa percaya diri juga semangat besar aku menuliskannya. Kemudian saat aku dewasa maka membaca catatan kecilku adalah sebuah kewajiban bagiku agar tetap merasakan rasa percaya diri dan semangat besar seperti halnya dahulu ketika aku kecil. Menulis dan kemudian membaca tulisan adalah hal sederhana dalam hidup ini namun memberikan dampak luar biasa sehingga baik ketika aku kecil maupun dewasa bahkan tua sekalipun, jika aku menulis seluruh riwayatku maka aku dapat tetap bergairah dan semangat untuk mencapai mimpiku. Tentunya langkah itu menjadikanku optimis meski hari esok adalah misteri.
Aku Menulis Untuk Masa Depanku
Karya : Luthfi Hasanal Bolqiah

Manusia hidup dalam misteri
Bergelut dengan takdir yang tak terpecahkan
Aku sendiri tanpa teman
Hanya catatan kecil tentang diriku dahulu kala
Aku membukanya
Bbbbbrrrrrrr
Siapa aku sekarang? Idealisme? atau orang yang selalu ingin realistis?
Oh tidak, aku masih seperti dahulu
Berteriak saat Tsubasa mencetak gol,
Menangis saat Naruto melindungi sahabatnya
Dan mengerutkan dahi untuk berusaha memecahkan misteri seperti halnya Conan Edogawa.

Aku kecil selalu menulis,
Aku dewasa mulai membaca dan tetap menulis,
Aku yang tua memang masih membaca tulisanku dahulu namun tetap menulis,
Menulis,
Menulis,
Menulis untuk aku dan masa depanku
Dan untuk mereka yang akan mengenangku