Banyak hal yang sudah berubah, bukan waktunya memperbaiki kenangan karena hari esok datang dengan cepat dan kemarin berlalu tanpa terduga. Orang mulai beralibi dan berbondong-bondong mengumpulkan harta, kesaksian hidup tak bisa diterka. Tidak perlu sandingkan Mall dan perpustakan, atau Hoka-hoka Bento dan buku-buku filsafat yang jadul, karena yakinlah perdebatan modernitas dan fundamentalis takkan pernah selesai.
Kalau hidup sebatas berjalan dan berbaring, tak perlu bersumpah untuk mengabdi pada Tuhan. Jika hidup sebatas merana dan meronta, kenapa harus bertahan 9 bulan dari perut yang terkasih. Ada juga yang habiskan waktu bertasbih dan membaca, merasa diri yang terhebat mendekati sang khalik. Diantara mereka memainkan mata dan lidah untuk menarik manusia yang dongkol memperjuangkan kepentingan mereka, kalau saja Tuhan lebih tegas, tak perlu bumi bersusah payah menyambut kedatangan mereka atau telan saja dalam dalam oleh tanah kemudian injak terus.
Para ahli bijak menganalisis problematika dewasa ini, orang tua meramalkan masa depan yang semakin suram, sedang anak muda tertawa disepanjang trotoar menghabiskan tegukan demi tegukan dan terlelap dengan kejahiliyahan.
Diujung sana ada kumpulan orang mengkaji riwayat Tuhan, mereka hampir melupakan tanaman yang hilang oleh bangunan besi dan baja.
Sabtu, 20 September 2014
Menggenapi Nubuwah, Mengawali Sejarah
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
23:21
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Selasa, 08 Juli 2014
Pagi dalam suasana PILPRES2014
Jika gendang sudah ditabuh, langit hitam memudar berganti
biru berlukiskan sajak putih khas awan. Burung bernari-nari elok bak simphony
yang mengalun memelintir hasrat birahi. Bukan tanpa tendeng aling-aling,
hikayat demokrasi sudah mengalir dalam tradisi bangsa Indonesia. meski sempat
tercemar oleh para sengkuni dan sejawatnya, Indonesia tetap lahir dari ritual
demokrasi para intelegensia abad 19 dan 20.
Rangkaian fase demokrasi tiada lain wujudkan pemerintah yang
membuat rakyatnya tersenyum baik keadaan krisis maupun digdaya. Warisan untuk
abad 21 adalah semangat gotong royong, mari berpesta tanpa ada darah dan noda
yang terekam sejarah, mari bersorak untuk rakyat yang telah memilih dengan
cerdas, suara tuhan katanya berbunyi tatkala rakyat bicara, jadi kenapa
sekarang harus diam kalau dengan menentukan pilihan kita telah melaksanakan
titah Tuhan?
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
16:26
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Senin, 30 Juni 2014
Judul Puisi : Merengek Di Negeri Sengkarut
Penulis Puisi : Luthfi Kenoya
Hadiah untuk Juli, 1, 2014.
Negeri sengkarut berwatak dusta
Tampil berseri kenakkan rupa yang picik,
Politik malah kisahkan perjuangan para sengkuni yang unjuk diri di pentas pandawa dan kurawa.
siapa pandawa dan kurawa, terpisah tipis sperti sombong dan percaya diri.
Rakyat indonesia tdk mungkin bedakan pandawa dan kurawa sebab dalam benih hati rakyat biasanya meluap gemuruh emosi yang tdk terdidik.
Kecuali menyingkirkan sangkuni barulah kita tahu mana pandawa dan kurawa.
Gelanggang untuk bertarung sudah terhampar,
Gong untuk menyerang sudah ditabuh,
Terompet ajudan malah lebih dulu melengkin sejak mei 2014.
Pagelaran siap ditampilkan, kiranya penikmat belum sadar diri mereka terjerumus hasutan media.
kau boleh sangka aku timses satu kubu, tp dlm hatiku indonesia jauh lebih menyita perhatianku laksana perjuangan Ekalaya dan pernyatan Kennedy yang ku raup mnjadi prinsip bernegara senada dengan sukarno, tak ada yang lebih mencintaiku dibanding TUHAN dan NEGERI ini,
Tuhan siapkan ibu ayah dan istri untukku,
Sedangkan Negeri ini siapakan tanah air dan isinya sekaligus berserta perjuangan yang harus ku lewati.
kita boleh hinakan pandawa atau kurawa, tp setelah muncul pemenang dr mereka tak adalagi penghinaan.
Negarawan sejati menolak, mengkritisi, menghormati, dan berkorban selalu di waktu yang tepat.
Byk orang merasa menjadi arjuna atau duryudana,
Mereka tidak bersimpatik pada ekalaya atau guru drona.
Makin bnyak kata, makin besar emosi yang tertumpuk, ia menderu, mengeras, membatu dan menunggu untuk membuncah.
Lirik ini bukan panji ataupun nasehat,
Bukan risalah ataupun petuah,
Hanya sedang merengek ditengah keramaian PILPRES yang makin kalang kabut.
Hadiah untuk Juli, 1, 2014.
Negeri sengkarut berwatak dusta
Tampil berseri kenakkan rupa yang picik,
Politik malah kisahkan perjuangan para sengkuni yang unjuk diri di pentas pandawa dan kurawa.
siapa pandawa dan kurawa, terpisah tipis sperti sombong dan percaya diri.
Rakyat indonesia tdk mungkin bedakan pandawa dan kurawa sebab dalam benih hati rakyat biasanya meluap gemuruh emosi yang tdk terdidik.
Kecuali menyingkirkan sangkuni barulah kita tahu mana pandawa dan kurawa.
Gelanggang untuk bertarung sudah terhampar,
Gong untuk menyerang sudah ditabuh,
Terompet ajudan malah lebih dulu melengkin sejak mei 2014.
Pagelaran siap ditampilkan, kiranya penikmat belum sadar diri mereka terjerumus hasutan media.
kau boleh sangka aku timses satu kubu, tp dlm hatiku indonesia jauh lebih menyita perhatianku laksana perjuangan Ekalaya dan pernyatan Kennedy yang ku raup mnjadi prinsip bernegara senada dengan sukarno, tak ada yang lebih mencintaiku dibanding TUHAN dan NEGERI ini,
Tuhan siapkan ibu ayah dan istri untukku,
Sedangkan Negeri ini siapakan tanah air dan isinya sekaligus berserta perjuangan yang harus ku lewati.
kita boleh hinakan pandawa atau kurawa, tp setelah muncul pemenang dr mereka tak adalagi penghinaan.
Negarawan sejati menolak, mengkritisi, menghormati, dan berkorban selalu di waktu yang tepat.
Byk orang merasa menjadi arjuna atau duryudana,
Mereka tidak bersimpatik pada ekalaya atau guru drona.
Makin bnyak kata, makin besar emosi yang tertumpuk, ia menderu, mengeras, membatu dan menunggu untuk membuncah.
Lirik ini bukan panji ataupun nasehat,
Bukan risalah ataupun petuah,
Hanya sedang merengek ditengah keramaian PILPRES yang makin kalang kabut.
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
18:48
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Catatan Pinggir untuk kawan-kawanku yang berniat membenarkan hati dan mengklarifikasi.
Ini bukan catatan emosi yang keluar tanpa dalil jelas, ini catatan
mahasiswa politik yang sedang berijtihad mencari yang benar. Kalaupun ada
kekurang silahkan direspon dan mari berdiskusi panjang. Penulis amat senang,
hehe adapun “ayah” dimaksudkan kepada pendiri bangsa.
Ayah aku tidak habis pikir bagaimana orang-orang meneriaki Prabowo
= Soeharto atau Prabowo Sentralistik gaya kepemimpinannya, kalau itu keluar
dari rakyat biasa mungkin masih wajar tapi kalau dari akademisi yang mengetahui
UUD dan tahu bahwa negara kita menganut Demokrasi Konstitusional, kiranya sudah
jelas bahwa Presiden memliki wewenang sendiri dalam eksekutor dan dia tidak
berhak dalam urusan legislasi dan yudikatif. Indonesia negara hukum yang mana
presiden memimpin atas dasar hukum, dengan demikian siapapun Presidennya tapi
hukum tetaplah sama dan harus ditaati.
Hasil dari beberapa kali debat orang mulai meneriaki Prabowo bodoh
karena SDM harus diutamakan dibanding SDA. Wah...wah..wahh aku pikir Ustadzku
di kampung pasti juga mikir sama, tapi apakah lantas Prabowo salah dan tidak
mikir panjang? Justru disini aku melihat bukti kecerdasan dia. SDM merupakan
fokus utama, Prabowo sadar betul makanya dalam visi misinya juga terdapat
pendidikan dan peningkatan kualitas guru baik di kota maupun didaerah
terpencil, Prabowo-hatta juga bicara bagaimana pelajar di luar Negeri harus
kembali ke Indonesia (dalam kesempatan berpidato di luar Negeri Hatta mengajak
pelajar negeri kembali dan membangun Indonesia), dan Prabowo menandatangai
perjanjian jika mendapat mandat Presiden maka pesawat buatan Indonesia akan
didukung penuh Prabowo. Apakah ini bukan meningkatkan SDM? Saya tidak habis
pikir bagaimana orang mengategorikan ini buka SDM, lalu permasalahannya kenapa
Prabowo selalu bilang “Bocor” atau yang terpenting adalah SDA dulu yang
dibenahi? Dalam jargonnya ekonomi kerakyatan?
Semua orang pasti bingung jika ditanya, warga negara yang ideal
seperti apa? SDM yang seharusnya kayak gimana? Manusia yang sempurna seperti
apa? Orang-orang bingung mendefinisikan akhlak dan moral, selalu bingung
apalagi harus menyelaraskannya. Kini Prabowo-hatta tahu kalau mental, moral dan
etika harus dibenahi lewat pendidikan, lalu pendidikan kalau kita analisis
bukan akar permasalahan karena di duania matrealis para guru butuh asupan untuk
membiayai keluarganya sebelum mengajari orang, kita tidak bisa mengajari mereka
untuk sok idealis tapi negara harus menjami gajih guru. Bagaimana kita mau
membuat pendidikan merata kalau gajih guru tidak merata, dan membuat banyak
guru bermimpi untuk mengajajar di kota karena mendapat banyak keuntungan. Lalu,
bagaimana caranya? Maka ekonomi harus dibenahi, systemnya ekonomi harus direka
ulang dan perekonomian harus meningkat dan dapat di rasakan oleh rakyat. Dan
hari ini kebocoran yang sangat besar adalah masalh utama yang jauh lebih nampak
dan bisa di ukur, karena akar masalah tidak boleh absurd (misalnya akar
masalahnya akhlak atau moral, waduh emangnya akhlak yang bener siape? Moral yang
bagus gimane? Kan gak jelas) makanya kebocoran ini harus ditutupi sehingga
keuangan Indonesia meningkat yang nanti dapat dialokasikan terhadap pendidikan
dan perkembangan kualitas rakyat. Cerdas bukan?ini cara berpikir maju dan
dalam, tidka hanya menyelesaikan masalah dan membuat masalah baru.
Oh yah ada yang bilang kalau kita fokus pertanian dan SDA itu
seperti penjajah, owlah analisis dan tuduhan miring macam apalagi ini. Darimana
bisa memanfaatkan SDA yang kemudian dialokasikan bagi kecerdasan dan
kesejahteraan sekaligus perkembangan teknologi dibilang ciri-ciri penjajah,
mungkin orang itu yang terlalu takut dirinya di jajah karena pemikirannya
pendek.
Kemudian kasus pelanggaran HAM atas penghilangan aktivis, ya ampun
masalah ini muncul terus, apa orang sudah bingung nyari cara jatuhin Prabowo
sehingga memungut kasus basi dari tong sampah? Ya Allah, sehina itukah
orang-orang untuk menjatuhkan Capres no 1? Baiklah sudah tanggung akan aku
bahas disini, kenapa ku bilang kasusu ini sudah selesai dan basi, :
Sudah mulai pegel nih hehe mungkin catatan kali ini aku sudahi saja sambil
menunggu respon orang-orang, debat-debat dah hehe makin seneng aku hihi. Sebenarnya
masih banyak yang ingin aku tulis tapi pegel juga hehe mungkin nextday, akan
aku bahas kenapa milih Prabowo dan kenapa tidak memilih Jokowi. Bahkan Hatta
dan Kalla mungkin nanti aku bahas sembari menunggu buka hehehe
- (1) Kepres 62/1998 sebagai tindak lanjut atas Surat Menhankam/Pangab No. R/811/P-03/15/38/Spers tanggal 18 Nopember 1998 tentang usul pemberhentian dengan hormat dari dinas Keprajuritan ABRI,
- (2) Laporan Komnas Ham tentang adanya 3 macam pelaku penculikan aktivis, senada dengan pendapat Teguh Santosa yang kemudian ditambahkan bahwa Prabowo Subianto hanya menculik 9 dan sudah dikembalikan,
- (3) Surat dari Sekertaris Negara yang menyatakan bahwa kekurangan bukti terhadap dugaan Prabowo melanggar HAM membuat Prabowo Subianto pada akhirnya tidak berselah,
- (4) ketiadaan pengadilan ed hoc, menurut Teguh Santosa dan pengamat politik membuat kasus Prabowo Subianto selesai,
- (5) dalam wawancara Munir di Youtube yang menyatakan Prabowo hanyalah saksi dalam kasus penculikan aktivis, karena tradisi orede baru memang sudah sering melakukan penculikan,
- (6) kemudian dikuatkan dengan adanya rivalitas Prabowo dan Wiranto yang mengindikasikan bahwa laporan terkait Penyidikan TGPF kurang relevan karena adanya unsur kepentingan salah satu pihak untuk menyudutkan pihak lain.
Ditambahkan juga apabila kita menyimak pendapat Suryo Prabowo bahwa
terdapat beberapa poin yang menurutnya kasus pelanggaran HAM sudah tidak
relevan untuk di bicarakan: (1) pada April 1999
pengadilan Mahmilti II Jakarta menjatuhkan vonis kepada 11 anggota Tim Mawar
atas tuduhan penangkapan dan penyelapan 9 aktivis, (2) Setelah bekerja selama hampir 1 tahun pemerintah
menerbitkan surat tercatat dalam lembaran negara (dto. Mensekneg Prof Dr
Muladi) yang menyatakan bahwa Prabowo tidak terkait sama sekali dalam kasus
penculikan, penembakan mahasiswa Trisakti, dan kerusuhan Mei 1998. (3) Karena
itu tidak bersalah Prabowo kembali ke Indonesia atas permintaan Presiden
Gus Dur. (4) Ketua TGPF Marzuki Darusman
SH, Wakil Ketua TGPF K.H. Dr Said Aqil Siroj dan Prof Dr Muladi SH (Mensesneg)
sampai sekarang tidak pernah menuduh Prabowo sebagai pelanggar HAM.
Oke, mari lanjut dengan isu Prabowo lainnya...
Visi misi Prabowo katanya tidak ada tentang
pelanggaran HAM? Waduh ini orang gak punya TV kali dirumahnya hehehe sudah
jelas dalam debat Capres-Cawapres berkenaan hukum. Yang didalamnya JK bertanya “sindiran”
yang dibalas “keren” dan “terhormat” oleh Prabowo Subianto, masak harus ketik
setiap kalimat yang dilontarkan Prabowo? Pegel tanganku, atau kalau mau liat
aja di Youtub, pahami sekali lagi karena banyak orang yang menelan isu
mentah-mentah dan lebih parahnya sombong setelah menganut argument orang lain
(sebenarnya).
Kemudian orang bilang retorika Prabowo adalah
retorika penjajah,lah piye? Orang oratornya semangat dianggap penjajah, tapi
Ketua Partai yang mainin Capres gak dianggap penjajah, emang orang kalau udah
kelabakan hampir kalah yang “kawas kitu” hahaha. Aku tidak mau terlalu dalam
bahas sang dewi karena takut dikatakan kampanye kotor atau kampanye hitam,
apalagi mengatakan “Retorikan contekan”.... upss lupa. Hehe lebiih baik aku
fokuskan pada Prabowo Subianto.
Ini lagi, orang bicara Prabowo dikaitkan
pembantaian 3 juta tahun 65, (Lah piye? Ngeritiknya aja udah salah, 3 juta wong
1 juta, kumaha euuy? Haha) buatku ini hanyalah alat menggulingkan Prabowo,
menggiring rakyat dan orang awam kepada opini yang tidak memiliki benang merah
sedikitpun. Kasus 1965, sejarah karangan siapa dulu yang kau pakai? Karena sebagai
akademisi kita tahu beragama corak sejarah menceritakan tragedi 65 dan 98, kita
tidak bisa sekonyong-konyong mengklaim karangan sejarah salah satu yang benar
tanpa secara komperehensif melakukan perbandingan dan penelitian lebih dalam. Sejauh
ini justru ini yang disebut “Black Campaign”. Kenapa ku bilang kampanye hitam? Karena
pendapat mereka keluar dalam rangka menggulingkan Prabowo bukan mengusut kasus
tersebut, bukankah SBY ikut terlibat dalam 27 Juli 1996? Dibawah Sutiyoso? Apakah
beliau memerintah dengan corak rezim dan kediktatoran? Picik sekali orang yang
menyambungkan kasus lama tanpa melihat banyak sisi.
Black Campaign lainnya dilakukan oleh tokoh yang
saya idolakan juga, tak ingin saya sebut namanya. Dia juga kini semakin ngawur
pandangannya, entah karena memiliki kepentingan pribadi atau apa, saya tidak
mau beranggapan lebih jauh karena itu bukan bagian pembahasan saya. Pengikut dia
menjadi sok tahu, dan terpengaruh dengan mengatakan “Prabowo hanya cari muka
dengan retorika seperti Bung Karno, karena ayahnya Sumitro sudah jelas lawannya
Sukarno.” Haha gua tertawa cikikikan denger mahasiswa politik dengan bangga
mengatakan demikian hihi. Bukankah jelas Prabowo lebih menyukai nama Sumitro dibanding
Djojohadikusumo? Dahulu kala Pamannya prabowo yaitu Subianto (yang kini nama
subianto itu diabadikan menjadi nama belakang Prabowo) pernah mengajak Prabowo ke
Istana yang saat itu dipimpin Soekarno, Prabowo kecil mulai mengikuti jejak
sukarno dengan berlagak seperti sukarno dalam pidatonya, Prabowo kecil melihat
pamannya berjuang untuk negara dan gugur di medan pertempuran, saat itu karena
kedekatannya dengan pamannya maka Prabowo memakai nama Subianto. Itu artinya
Prabowo bukan Sumitro, apakah Ibrahim = Aazar (pembuat berhala). Owalah...
Adalagi katanya penembakkan 2009 dan gagalnya
koalisi dengan PPP di 2009 yang kronologis aslinya sih sederhana tapi biasalah “bad
news is a good news” dan dilebih lebihkan, wong sekarang Gerindra sama PPP
nyatu, kalau mislakan berkilah karena Suryadharma Ali ngapain voting banyak
yang milih bergabung dengan Prabowo, Piye iki? haha Atau isu kudeta dahulu
kepada habibie tapi sekarang malah deket dan justru siu kudeta itu Prabowo
deket banget sama habibie dan bela habibie dari Adnan Buyung Nasution.
Ayah, ku pikir orang habis pikir untuk menjatuhkan
Prabowo...
Ayah, Prabowo memiliki hutang perusahan 14
Triliyun menurut Winson Direktur
Utama PT Kertas Nusantara (sebelumnya bernama PT Kiani) hutang tersebut sudah
lunas tahun 2013, adapun masalah karyawan yang tidak digajih, lah kumaha? Orang
Winson direktur dan Prabowo pemegang saham ko jadi nyalahin Prabowo? Aneh orang
makin sini di kampanye tuh, sudah makin minggir mungkin gak adalagi kasus yang
bisa dijadikan alat penghancur Prabowo.
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
00:44
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Aku bukan Loyalis Prabowo, AKU INI LOYALIS dari PROSES PEMIKIRAN
Ayah, apakah kosakata Satire lebih tepat dari Archipelago saat
menggambarkan Indonesia? entahlah ayah, di negeri yang dulu ayah bangun dengan
setumpuk keyakinan dan segenggam harapan kini justru terapung di negeri awan
dengan berjuta khayalan yang tidak mungkin dicapai. Ayah, tinggal 10 hari lagi
Pemimpin Negara ini ditentukan. Bagaimana caraku memilih satu diantara mereka? Sedang
dalam kampanye orang begitu sibuk menyublim kelebihan dan menampakkannya di media, sedang
kekurangannya menguap sampai tidak terperi.
Ayah awalnya aku menyukai Jokowi, sangat yakin ayah, sampai isu
miring terhadap dirinya pasti kucoba untuk melawan. Tapi, sejak beberapa minggu
setelah Pileg 2014 ku sadari bahwa pilihanku harus didasari dengan pemahaman
yang mengeras menjadi keyakinan. Kuhabiskan berminggu-minggu membaca buku,
berita, koran, mendownload artikel, video, bahkan bertanya kepada senior dan
tokoh lainnya. Jauh sebelum kampanye Prabowo soal ekonomi Kerakyatan atau
Jokowi perihal ekonomi berdikari, dan tentu sebelum Jokowi menegaskan Revolusi
mental. Ayah, aku tidk habis pikir banyak dari teman-temanku yang sibuk dengan
isu kampanye, apa mereka tidak dapat berpikir diruang hampa dan melintasi
waktu?
Ayah, aku pilih Prabowo bukan karena dia sepertimu meski jauh di
dalam diriku terdapat rasa cinta yang luar biasa terhadap sosokmu. Ayah, aku
belum ingin bicara Prabowo tapi temanku ayah. Temanku yang mulai hilang
idealisme dan semangat analisis, atau aku yang sok idealis menolak materi demi
tergadainya integritas dan idealisme? ayah, apa salah aku mencoba untuk teguh
pada pendirian dan menolak untuk digadai? Apakah salah aku mencontoh Nabi
Muhammad yang tidak menggadai agama meski matahari ditangan kanan dan bulan
ditangan kiri, kini bukan berarti ku bela Prabowo sampai mati tapi yang aku
bela adalah proses dan hasil analisisku yang takkan ku gadai hanya karena
materi atau apapun. Mahasiswa, oh mahasiswa, dulu hitam berkeringat dan lebam
tapi kini bertengger di samping jalan dengan rokok menggantung dan tertawa
mendapatkan hasil project.
Kau tahu kan ayah? Kalau anakmu ini senang berdebat dan membuat keonaran,
semalam aku berdebat dengan temanku ayah, teman yang luar biasa dengan
pemikiran barunya. Dalam perdebatan aku tidak pernah meminta siapapun untuk
mengikuti pendapatku, aku hanya ingin menguji pemahamanku. Andaikan aku kalah
berdebat tentang Prabowo, itu artinya aku sendiri tidak paham dengan prabowo
atau memang aku salah memilih Prabowo. Itu yang aku cari ayah, bukan hanya
untuk melakukan ritual demokratis di kampus atau sengaja berkontemplasi, justru
sekedar menguji dan membuat keramaian di tengah busuknya otak yang tidak
dipakai berpikir.
Betapa bersyukurnya aku kini, sejak dahulu IPM dan Muhammadiyah
mengajari doktrin idealisme “hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari
kehidupan di Muhammadiyah.” Dan kini ayah, aku ingin berjuang untuk negeriku,
menghidupi Negeriku, sedang kalau ditanya darimana aku bisa hidup? Aku jawab
kalau dari Tuhanku lah rizki diturunkan. Ayah, aku ingin membela pemikiran dan
hasil ijtihadku, tentu tanpa imbalan. Kini ku buktikan dengan membela capres
pilihanku Prabowo Subianto, dan setiap hari aku sibukkan membaca berita dan
mengklarifikasi setiap isu negatif yang teman-temanku arahkan pda Prabowo, dan
masih banyak hal yang aku lakukan untuk mengabdi pada Negara dan pada
pemikiranku.
Aku tidak menjadi Loyalis Prabowo, AKU INI LOYALIS dari PROSES
PEMIKIRAN yang kebetulan mengantarkanku untuk mendukung PRABOWO SUBIANTO.
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
00:42
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Minggu, 08 Juni 2014
Ultahmu ayah, rentang 10 hari denganku
Untuk ayahku,,
Sang penakluk sejarah,
Setelah banyak orang berucap akan hari kelahiranku, ku
pikir alangkah bersejarahnya 06-06.
Apakah di hari itu langit bergemuruh?
Atau malaikat bersorak akan kedatangan manusia luar
biasa?
Ku yakin tak ada sejengkal tanah di bumi ini yang tidak
berharap untuk di injak olehmu
Langkahku begitu gegap gempita
Dadamu tak pernah terlihat sempoyangan
Dan wajahmu selalu menantang dunia
Wahai ayahku, pemimpin bangsa...
Aku tidak bermaksud mendewakanmu
Atau tidak sedikitpun memeliharamu sebagai setiap hela
nafasku
Aku hanya iri pada orang-orang yang hidup semasamu
Ingin ku dengar suara lantangmu,
Dan bayangkan betapa inginnya aku melihat tubuh legam
khas Indonesiamu
Sampai ku psang beberapa wajahmu meski dengan alakadarnya
Ku tatap wajahmu sebelum tidur,
Bukan berharap memimpikanmu
Tapi karena melihat mata pemimpin besar butuh keberanian
Seperti halnya seorang kucing menatap singa,
Tapi jauh dalam diriku,
Aku percaya bahwa tatkala aku berani memandang sorot mata
tiranimu
Maka itu artinya aku berani melangkah untuk merubah Dunia
Dan melanjutkan perjuanganmu
#Special6Juni #Menjelang16Juni
didambel ku
Luthfi Hasanal Bolqiah
di
08:45
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Komentar (Atom)