Sabtu, 20 September 2014

Menggenapi Nubuwah, Mengawali Sejarah

Banyak hal yang sudah berubah, bukan waktunya memperbaiki kenangan karena hari esok datang dengan cepat dan kemarin berlalu tanpa terduga. Orang mulai beralibi dan berbondong-bondong mengumpulkan harta, kesaksian hidup tak bisa diterka. Tidak perlu sandingkan Mall dan perpustakan, atau Hoka-hoka Bento dan buku-buku filsafat yang jadul, karena yakinlah perdebatan modernitas dan fundamentalis takkan pernah selesai.

Kalau hidup sebatas berjalan dan berbaring, tak perlu bersumpah untuk mengabdi pada Tuhan. Jika hidup sebatas merana dan meronta, kenapa harus bertahan 9 bulan dari perut yang terkasih. Ada juga yang habiskan waktu bertasbih dan membaca, merasa diri yang terhebat mendekati sang khalik. Diantara mereka memainkan mata dan lidah untuk menarik manusia yang dongkol memperjuangkan kepentingan mereka, kalau saja Tuhan lebih tegas, tak perlu bumi bersusah payah menyambut kedatangan mereka atau telan saja dalam dalam oleh tanah kemudian injak terus.

Para ahli bijak menganalisis problematika dewasa ini, orang tua meramalkan masa depan yang semakin suram, sedang anak muda tertawa disepanjang trotoar menghabiskan tegukan demi tegukan dan terlelap dengan kejahiliyahan.

Diujung sana ada kumpulan orang mengkaji riwayat Tuhan, mereka hampir melupakan tanaman yang hilang oleh bangunan besi dan baja.

Selasa, 08 Juli 2014

Pagi dalam suasana PILPRES2014

Jika gendang sudah ditabuh, langit hitam memudar berganti biru berlukiskan sajak putih khas awan. Burung bernari-nari elok bak simphony yang mengalun memelintir hasrat birahi. Bukan tanpa tendeng aling-aling, hikayat demokrasi sudah mengalir dalam tradisi bangsa Indonesia. meski sempat tercemar oleh para sengkuni dan sejawatnya, Indonesia tetap lahir dari ritual demokrasi para intelegensia abad 19 dan 20.


Rangkaian fase demokrasi tiada lain wujudkan pemerintah yang membuat rakyatnya tersenyum baik keadaan krisis maupun digdaya. Warisan untuk abad 21 adalah semangat gotong royong, mari berpesta tanpa ada darah dan noda yang terekam sejarah, mari bersorak untuk rakyat yang telah memilih dengan cerdas, suara tuhan katanya berbunyi tatkala rakyat bicara, jadi kenapa sekarang harus diam kalau dengan menentukan pilihan kita telah melaksanakan titah Tuhan?

Senin, 30 Juni 2014

Judul Puisi : Merengek Di Negeri Sengkarut

Penulis Puisi : Luthfi Kenoya
Hadiah untuk Juli, 1, 2014.

Negeri sengkarut berwatak dusta
Tampil berseri kenakkan rupa yang picik,
Politik malah kisahkan perjuangan para sengkuni yang unjuk diri di pentas pandawa dan kurawa.
siapa pandawa dan kurawa, terpisah tipis sperti sombong dan percaya diri.
Rakyat indonesia tdk mungkin bedakan pandawa dan kurawa sebab dalam benih hati rakyat biasanya meluap gemuruh emosi yang tdk terdidik.
Kecuali menyingkirkan sangkuni barulah kita tahu mana pandawa dan kurawa.

Gelanggang untuk bertarung sudah terhampar,
Gong untuk menyerang sudah ditabuh,
Terompet ajudan malah lebih dulu melengkin sejak mei 2014.
Pagelaran siap ditampilkan, kiranya penikmat belum sadar diri mereka terjerumus  hasutan media.

kau boleh sangka aku timses satu kubu, tp dlm hatiku indonesia jauh lebih menyita perhatianku laksana perjuangan Ekalaya dan pernyatan Kennedy yang ku raup mnjadi prinsip bernegara senada dengan sukarno, tak ada yang lebih mencintaiku dibanding TUHAN dan NEGERI ini,
Tuhan siapkan ibu ayah dan istri untukku,
Sedangkan Negeri ini siapakan tanah air dan isinya sekaligus berserta perjuangan yang harus ku lewati.

kita boleh hinakan pandawa atau kurawa, tp setelah muncul pemenang dr mereka tak adalagi penghinaan.
Negarawan sejati menolak, mengkritisi, menghormati, dan berkorban selalu di waktu yang tepat.

Byk orang merasa menjadi arjuna atau duryudana,
Mereka tidak bersimpatik pada ekalaya atau guru drona.
Makin bnyak kata, makin besar emosi yang tertumpuk, ia menderu, mengeras, membatu dan menunggu untuk membuncah.

Lirik ini bukan panji ataupun nasehat,
Bukan risalah ataupun petuah,
Hanya sedang merengek ditengah keramaian PILPRES yang makin kalang kabut.

Catatan Pinggir untuk kawan-kawanku yang berniat membenarkan hati dan mengklarifikasi.


Ini bukan catatan emosi yang keluar tanpa dalil jelas, ini catatan mahasiswa politik yang sedang berijtihad mencari yang benar. Kalaupun ada kekurang silahkan direspon dan mari berdiskusi panjang. Penulis amat senang, hehe adapun “ayah” dimaksudkan kepada pendiri bangsa.

Ayah aku tidak habis pikir bagaimana orang-orang meneriaki Prabowo = Soeharto atau Prabowo Sentralistik gaya kepemimpinannya, kalau itu keluar dari rakyat biasa mungkin masih wajar tapi kalau dari akademisi yang mengetahui UUD dan tahu bahwa negara kita menganut Demokrasi Konstitusional, kiranya sudah jelas bahwa Presiden memliki wewenang sendiri dalam eksekutor dan dia tidak berhak dalam urusan legislasi dan yudikatif. Indonesia negara hukum yang mana presiden memimpin atas dasar hukum, dengan demikian siapapun Presidennya tapi hukum tetaplah sama dan harus ditaati.

Hasil dari beberapa kali debat orang mulai meneriaki Prabowo bodoh karena SDM harus diutamakan dibanding SDA. Wah...wah..wahh aku pikir Ustadzku di kampung pasti juga mikir sama, tapi apakah lantas Prabowo salah dan tidak mikir panjang? Justru disini aku melihat bukti kecerdasan dia. SDM merupakan fokus utama, Prabowo sadar betul makanya dalam visi misinya juga terdapat pendidikan dan peningkatan kualitas guru baik di kota maupun didaerah terpencil, Prabowo-hatta juga bicara bagaimana pelajar di luar Negeri harus kembali ke Indonesia (dalam kesempatan berpidato di luar Negeri Hatta mengajak pelajar negeri kembali dan membangun Indonesia), dan Prabowo menandatangai perjanjian jika mendapat mandat Presiden maka pesawat buatan Indonesia akan didukung penuh Prabowo. Apakah ini bukan meningkatkan SDM? Saya tidak habis pikir bagaimana orang mengategorikan ini buka SDM, lalu permasalahannya kenapa Prabowo selalu bilang “Bocor” atau yang terpenting adalah SDA dulu yang dibenahi? Dalam jargonnya ekonomi kerakyatan?

Semua orang pasti bingung jika ditanya, warga negara yang ideal seperti apa? SDM yang seharusnya kayak gimana? Manusia yang sempurna seperti apa? Orang-orang bingung mendefinisikan akhlak dan moral, selalu bingung apalagi harus menyelaraskannya. Kini Prabowo-hatta tahu kalau mental, moral dan etika harus dibenahi lewat pendidikan, lalu pendidikan kalau kita analisis bukan akar permasalahan karena di duania matrealis para guru butuh asupan untuk membiayai keluarganya sebelum mengajari orang, kita tidak bisa mengajari mereka untuk sok idealis tapi negara harus menjami gajih guru. Bagaimana kita mau membuat pendidikan merata kalau gajih guru tidak merata, dan membuat banyak guru bermimpi untuk mengajajar di kota karena mendapat banyak keuntungan. Lalu, bagaimana caranya? Maka ekonomi harus dibenahi, systemnya ekonomi harus direka ulang dan perekonomian harus meningkat dan dapat di rasakan oleh rakyat. Dan hari ini kebocoran yang sangat besar adalah masalh utama yang jauh lebih nampak dan bisa di ukur, karena akar masalah tidak boleh absurd (misalnya akar masalahnya akhlak atau moral, waduh emangnya akhlak yang bener siape? Moral yang bagus gimane? Kan gak jelas) makanya kebocoran ini harus ditutupi sehingga keuangan Indonesia meningkat yang nanti dapat dialokasikan terhadap pendidikan dan perkembangan kualitas rakyat. Cerdas bukan?ini cara berpikir maju dan dalam, tidka hanya menyelesaikan masalah dan membuat masalah baru.

Oh yah ada yang bilang kalau kita fokus pertanian dan SDA itu seperti penjajah, owlah analisis dan tuduhan miring macam apalagi ini. Darimana bisa memanfaatkan SDA yang kemudian dialokasikan bagi kecerdasan dan kesejahteraan sekaligus perkembangan teknologi dibilang ciri-ciri penjajah, mungkin orang itu yang terlalu takut dirinya di jajah karena pemikirannya pendek.

Kemudian kasus pelanggaran HAM atas penghilangan aktivis, ya ampun masalah ini muncul terus, apa orang sudah bingung nyari cara jatuhin Prabowo sehingga memungut kasus basi dari tong sampah? Ya Allah, sehina itukah orang-orang untuk menjatuhkan Capres no 1? Baiklah sudah tanggung akan aku bahas disini, kenapa ku bilang kasusu ini sudah selesai dan basi, : 


  • (1) Kepres 62/1998 sebagai tindak lanjut atas Surat Menhankam/Pangab No. R/811/P-03/15/38/Spers tanggal 18 Nopember 1998 tentang usul pemberhentian dengan hormat dari dinas Keprajuritan ABRI, 
  • (2) Laporan Komnas Ham tentang adanya 3 macam pelaku penculikan aktivis, senada dengan pendapat Teguh Santosa yang kemudian ditambahkan bahwa Prabowo Subianto hanya menculik 9 dan sudah dikembalikan, 
  • (3) Surat dari Sekertaris Negara yang menyatakan bahwa kekurangan bukti terhadap dugaan Prabowo melanggar HAM membuat Prabowo Subianto pada akhirnya tidak berselah, 
  • (4) ketiadaan pengadilan ed hoc, menurut Teguh Santosa dan pengamat politik membuat kasus Prabowo Subianto selesai, 
  • (5) dalam wawancara Munir di Youtube yang menyatakan Prabowo hanyalah saksi dalam kasus penculikan aktivis, karena tradisi orede baru memang sudah sering melakukan penculikan, 
  • (6) kemudian dikuatkan dengan adanya rivalitas Prabowo dan Wiranto yang mengindikasikan bahwa laporan terkait Penyidikan TGPF kurang relevan karena adanya unsur kepentingan salah satu pihak untuk menyudutkan pihak lain.



Ditambahkan juga apabila kita menyimak pendapat Suryo Prabowo bahwa terdapat beberapa poin yang menurutnya kasus pelanggaran HAM sudah tidak relevan untuk di bicarakan: (1) pada April 1999 pengadilan Mahmilti II Jakarta menjatuhkan vonis kepada 11 anggota Tim Mawar atas tuduhan penangkapan dan penyelapan 9 aktivis, (2) Setelah bekerja selama hampir 1 tahun pemerintah menerbitkan surat tercatat dalam lembaran negara (dto. Mensekneg Prof Dr Muladi) yang menyatakan bahwa Prabowo tidak terkait sama sekali dalam kasus penculikan, penembakan mahasiswa Trisakti, dan kerusuhan Mei 1998. (3) Karena itu tidak bersalah  Prabowo kembali ke Indonesia atas permintaan Presiden Gus Dur. (4) Ketua TGPF Marzuki Darusman SH, Wakil Ketua TGPF K.H. Dr Said Aqil Siroj dan Prof Dr Muladi SH (Mensesneg) sampai sekarang tidak pernah menuduh Prabowo sebagai pelanggar HAM.

Oke, mari lanjut dengan isu Prabowo lainnya...

Visi misi Prabowo katanya tidak ada tentang pelanggaran HAM? Waduh ini orang gak punya TV kali dirumahnya hehehe sudah jelas dalam debat Capres-Cawapres berkenaan hukum. Yang didalamnya JK bertanya “sindiran” yang dibalas “keren” dan “terhormat” oleh Prabowo Subianto, masak harus ketik setiap kalimat yang dilontarkan Prabowo? Pegel tanganku, atau kalau mau liat aja di Youtub, pahami sekali lagi karena banyak orang yang menelan isu mentah-mentah dan lebih parahnya sombong setelah menganut argument orang lain (sebenarnya).

Kemudian orang bilang retorika Prabowo adalah retorika penjajah,lah piye? Orang oratornya semangat dianggap penjajah, tapi Ketua Partai yang mainin Capres gak dianggap penjajah, emang orang kalau udah kelabakan hampir kalah yang “kawas kitu” hahaha. Aku tidak mau terlalu dalam bahas sang dewi karena takut dikatakan kampanye kotor atau kampanye hitam, apalagi mengatakan “Retorikan contekan”.... upss lupa. Hehe lebiih baik aku fokuskan pada Prabowo Subianto.

Ini lagi, orang bicara Prabowo dikaitkan pembantaian 3 juta tahun 65, (Lah piye? Ngeritiknya aja udah salah, 3 juta wong 1 juta, kumaha euuy? Haha) buatku ini hanyalah alat menggulingkan Prabowo, menggiring rakyat dan orang awam kepada opini yang tidak memiliki benang merah sedikitpun. Kasus 1965, sejarah karangan siapa dulu yang kau pakai? Karena sebagai akademisi kita tahu beragama corak sejarah menceritakan tragedi 65 dan 98, kita tidak bisa sekonyong-konyong mengklaim karangan sejarah salah satu yang benar tanpa secara komperehensif melakukan perbandingan dan penelitian lebih dalam. Sejauh ini justru ini yang disebut “Black Campaign”. Kenapa ku bilang kampanye hitam? Karena pendapat mereka keluar dalam rangka menggulingkan Prabowo bukan mengusut kasus tersebut, bukankah SBY ikut terlibat dalam 27 Juli 1996? Dibawah Sutiyoso? Apakah beliau memerintah dengan corak rezim dan kediktatoran? Picik sekali orang yang menyambungkan kasus lama tanpa melihat banyak sisi.

Black Campaign lainnya dilakukan oleh tokoh yang saya idolakan juga, tak ingin saya sebut namanya. Dia juga kini semakin ngawur pandangannya, entah karena memiliki kepentingan pribadi atau apa, saya tidak mau beranggapan lebih jauh karena itu bukan bagian pembahasan saya. Pengikut dia menjadi sok tahu, dan terpengaruh dengan mengatakan “Prabowo hanya cari muka dengan retorika seperti Bung Karno, karena ayahnya Sumitro sudah jelas lawannya Sukarno.” Haha gua tertawa cikikikan denger mahasiswa politik dengan bangga mengatakan demikian hihi. Bukankah jelas Prabowo lebih menyukai nama Sumitro dibanding Djojohadikusumo? Dahulu kala Pamannya prabowo yaitu Subianto (yang kini nama subianto itu diabadikan menjadi nama belakang Prabowo) pernah mengajak Prabowo ke Istana yang saat itu dipimpin Soekarno, Prabowo kecil mulai mengikuti jejak sukarno dengan berlagak seperti sukarno dalam pidatonya, Prabowo kecil melihat pamannya berjuang untuk negara dan gugur di medan pertempuran, saat itu karena kedekatannya dengan pamannya maka Prabowo memakai nama Subianto. Itu artinya Prabowo bukan Sumitro, apakah Ibrahim = Aazar (pembuat berhala). Owalah...

Adalagi katanya penembakkan 2009 dan gagalnya koalisi dengan PPP di 2009 yang kronologis aslinya sih sederhana tapi biasalah “bad news is a good news” dan dilebih lebihkan, wong sekarang Gerindra sama PPP nyatu, kalau mislakan berkilah karena Suryadharma Ali ngapain voting banyak yang milih bergabung dengan Prabowo, Piye iki? haha Atau isu kudeta dahulu kepada habibie tapi sekarang malah deket dan justru siu kudeta itu Prabowo deket banget sama habibie dan bela habibie dari Adnan Buyung Nasution.

Ayah, ku pikir orang habis pikir untuk menjatuhkan Prabowo...

Ayah, Prabowo memiliki hutang perusahan 14 Triliyun menurut Winson Direktur Utama PT Kertas Nusantara (sebelumnya bernama PT Kiani) hutang tersebut sudah lunas tahun 2013, adapun masalah karyawan yang tidak digajih, lah kumaha? Orang Winson direktur dan Prabowo pemegang saham ko jadi nyalahin Prabowo? Aneh orang makin sini di kampanye tuh, sudah makin minggir mungkin gak adalagi kasus yang bisa dijadikan alat penghancur Prabowo.

Sudah mulai pegel nih hehe mungkin catatan kali ini aku sudahi saja sambil menunggu respon orang-orang, debat-debat dah hehe makin seneng aku hihi. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tulis tapi pegel juga hehe mungkin nextday, akan aku bahas kenapa milih Prabowo dan kenapa tidak memilih Jokowi. Bahkan Hatta dan Kalla mungkin nanti aku bahas sembari menunggu buka hehehe

Aku bukan Loyalis Prabowo, AKU INI LOYALIS dari PROSES PEMIKIRAN

Ayah, apakah kosakata Satire lebih tepat dari Archipelago saat menggambarkan Indonesia? entahlah ayah, di negeri yang dulu ayah bangun dengan setumpuk keyakinan dan segenggam harapan kini justru terapung di negeri awan dengan berjuta khayalan yang tidak mungkin dicapai. Ayah, tinggal 10 hari lagi Pemimpin Negara ini ditentukan. Bagaimana caraku memilih satu diantara mereka? Sedang dalam kampanye orang begitu sibuk menyublim kelebihan  dan menampakkannya di media, sedang kekurangannya menguap sampai tidak terperi.

Ayah awalnya aku menyukai Jokowi, sangat yakin ayah, sampai isu miring terhadap dirinya pasti kucoba untuk melawan. Tapi, sejak beberapa minggu setelah Pileg 2014 ku sadari bahwa pilihanku harus didasari dengan pemahaman yang mengeras menjadi keyakinan. Kuhabiskan berminggu-minggu membaca buku, berita, koran, mendownload artikel, video, bahkan bertanya kepada senior dan tokoh lainnya. Jauh sebelum kampanye Prabowo soal ekonomi Kerakyatan atau Jokowi perihal ekonomi berdikari, dan tentu sebelum Jokowi menegaskan Revolusi mental. Ayah, aku tidk habis pikir banyak dari teman-temanku yang sibuk dengan isu kampanye, apa mereka tidak dapat berpikir diruang hampa dan melintasi waktu?

Ayah, aku pilih Prabowo bukan karena dia sepertimu meski jauh di dalam diriku terdapat rasa cinta yang luar biasa terhadap sosokmu. Ayah, aku belum ingin bicara Prabowo tapi temanku ayah. Temanku yang mulai hilang idealisme dan semangat analisis, atau aku yang sok idealis menolak materi demi tergadainya integritas dan idealisme? ayah, apa salah aku mencoba untuk teguh pada pendirian dan menolak untuk digadai? Apakah salah aku mencontoh Nabi Muhammad yang tidak menggadai agama meski matahari ditangan kanan dan bulan ditangan kiri, kini bukan berarti ku bela Prabowo sampai mati tapi yang aku bela adalah proses dan hasil analisisku yang takkan ku gadai hanya karena materi atau apapun. Mahasiswa, oh mahasiswa, dulu hitam berkeringat dan lebam tapi kini bertengger di samping jalan dengan rokok menggantung dan tertawa mendapatkan hasil project.

Kau tahu kan ayah? Kalau anakmu ini senang berdebat dan membuat keonaran, semalam aku berdebat dengan temanku ayah, teman yang luar biasa dengan pemikiran barunya. Dalam perdebatan aku tidak pernah meminta siapapun untuk mengikuti pendapatku, aku hanya ingin menguji pemahamanku. Andaikan aku kalah berdebat tentang Prabowo, itu artinya aku sendiri tidak paham dengan prabowo atau memang aku salah memilih Prabowo. Itu yang aku cari ayah, bukan hanya untuk melakukan ritual demokratis di kampus atau sengaja berkontemplasi, justru sekedar menguji dan membuat keramaian di tengah busuknya otak yang tidak dipakai berpikir.

Betapa bersyukurnya aku kini, sejak dahulu IPM dan Muhammadiyah mengajari doktrin idealisme “hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah.” Dan kini ayah, aku ingin berjuang untuk negeriku, menghidupi Negeriku, sedang kalau ditanya darimana aku bisa hidup? Aku jawab kalau dari Tuhanku lah rizki diturunkan. Ayah, aku ingin membela pemikiran dan hasil ijtihadku, tentu tanpa imbalan. Kini ku buktikan dengan membela capres pilihanku Prabowo Subianto, dan setiap hari aku sibukkan membaca berita dan mengklarifikasi setiap isu negatif yang teman-temanku arahkan pda Prabowo, dan masih banyak hal yang aku lakukan untuk mengabdi pada Negara dan pada pemikiranku.


Aku tidak menjadi Loyalis Prabowo, AKU INI LOYALIS dari PROSES PEMIKIRAN yang kebetulan mengantarkanku untuk mendukung PRABOWO SUBIANTO.

Minggu, 08 Juni 2014

Ultahmu ayah, rentang 10 hari denganku

Untuk ayahku,,
Sang penakluk sejarah,
Setelah banyak orang berucap akan hari kelahiranku, ku pikir alangkah bersejarahnya 06-06.
Apakah di hari itu langit bergemuruh?
Atau malaikat bersorak akan kedatangan manusia luar biasa?
Ku yakin tak ada sejengkal tanah di bumi ini yang tidak berharap untuk di injak olehmu
Langkahku begitu gegap gempita
Dadamu tak pernah terlihat sempoyangan
Dan wajahmu selalu menantang dunia
Wahai ayahku, pemimpin bangsa...
Aku tidak bermaksud mendewakanmu
Atau tidak sedikitpun memeliharamu sebagai setiap hela nafasku
Aku hanya iri pada orang-orang yang hidup semasamu
Ingin ku dengar suara lantangmu,
Dan bayangkan betapa inginnya aku melihat tubuh legam khas Indonesiamu
Sampai ku psang beberapa wajahmu meski dengan alakadarnya
Ku tatap wajahmu sebelum tidur,
Bukan berharap memimpikanmu
Tapi karena melihat mata pemimpin besar butuh keberanian
Seperti halnya seorang kucing menatap singa,
Tapi jauh dalam diriku,
Aku percaya bahwa tatkala aku berani memandang sorot mata tiranimu
Maka itu artinya aku berani melangkah untuk merubah Dunia
Dan melanjutkan perjuanganmu

#Special6Juni #Menjelang16Juni