Hadiah untuk Juli, 1, 2014.
Negeri sengkarut berwatak dusta
Tampil berseri kenakkan rupa yang picik,
Politik malah kisahkan perjuangan para sengkuni yang unjuk diri di pentas pandawa dan kurawa.
siapa pandawa dan kurawa, terpisah tipis sperti sombong dan percaya diri.
Rakyat indonesia tdk mungkin bedakan pandawa dan kurawa sebab dalam benih hati rakyat biasanya meluap gemuruh emosi yang tdk terdidik.
Kecuali menyingkirkan sangkuni barulah kita tahu mana pandawa dan kurawa.
Gelanggang untuk bertarung sudah terhampar,
Gong untuk menyerang sudah ditabuh,
Terompet ajudan malah lebih dulu melengkin sejak mei 2014.
Pagelaran siap ditampilkan, kiranya penikmat belum sadar diri mereka terjerumus hasutan media.
kau boleh sangka aku timses satu kubu, tp dlm hatiku indonesia jauh lebih menyita perhatianku laksana perjuangan Ekalaya dan pernyatan Kennedy yang ku raup mnjadi prinsip bernegara senada dengan sukarno, tak ada yang lebih mencintaiku dibanding TUHAN dan NEGERI ini,
Tuhan siapkan ibu ayah dan istri untukku,
Sedangkan Negeri ini siapakan tanah air dan isinya sekaligus berserta perjuangan yang harus ku lewati.
kita boleh hinakan pandawa atau kurawa, tp setelah muncul pemenang dr mereka tak adalagi penghinaan.
Negarawan sejati menolak, mengkritisi, menghormati, dan berkorban selalu di waktu yang tepat.
Byk orang merasa menjadi arjuna atau duryudana,
Mereka tidak bersimpatik pada ekalaya atau guru drona.
Makin bnyak kata, makin besar emosi yang tertumpuk, ia menderu, mengeras, membatu dan menunggu untuk membuncah.
Lirik ini bukan panji ataupun nasehat,
Bukan risalah ataupun petuah,
Hanya sedang merengek ditengah keramaian PILPRES yang makin kalang kabut.
0 komentar:
Posting Komentar
Please Comment!!