Minggu, 08 Juni 2014

Antara Depok - Ciputat, filosofi sebuah jarak

Hanya pada jarak ku titipkan rindu dan harapan, cobalah tanyakan pada setiap angka kilometer yang terlewati. Terik matahari terkadang menyurutkan semangat, debu dan aspal menarik diri untuk kembali pada kediaman dan menghentikan perjalanan.  Namun serpihan kenangan mulai terkikis habis, dan masa depan meminta kisah lain yang harus kami buat. Kisah dimana kami dapat hidup di dunia baru dengan penuh perpaduan warna yang tidak bisa di tebak siapapun.

Sesekali bisikan syeithan atas perpisahan mengusikku, kian hari usikkan itu semakin menjadi; berevolusi dan membayangi setiap langkah kaki yang penuh dengan emosi duniawi. Namun sesaat jiwa tuhan menyelipkan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, jernih dan suci.

Mari kita mulai ceritanya, tidak kurang dari 1 kali dalam sebulannya perjanan ciputat menuju depok pasti terjadi. Berangkat dari kerinduan untuk menggapai sebuah harapan baru; ciputat tidak lebih sebuah kota yang menyerupai makhluk besar nan menakutkan yang setiap saat bisa menerkam siapapun yang di temuinya, sedang depok penuh dengan kenyamanan di setiap sudut kehidupannya.

Ciputat seringkali memberikan tekanan besar, menuntutku berkembang dan berlari kencang untuk menggapai mimpiku, tidak boleh ada waktu kosong. Setiap saat yang harus ku lakukan adalah belajar- berpikir – bekerja, semuanya untuk masa depanku, serta beberapa adikku.

Depoklah yang kemudian menjadi persinggahanku, berdiam sejenak, menghembuskan beberapa nafas dan kemudian menghirupnya kembali – setidaknya cukup untuk membuatku semangat kembali – ibarat Handphone yang selalu membutuhkan Charger, maka begitulah semangat manusia yang memerlukan sedikit dorongan sebelum melanjutkan perjalanannya kembali.

Diantara kedua jarak itu, ada sebuah makna hidup yang seringkali aku pahami. Jalanan tol jagorawi seringkali mendorong ingatan masa laluku keluar sehingga membuatku sadar akan beberapa hal, termasuk prihal yang baru ku sadari ketika tadi siang aku pergi ke depok. Di dalam bis ku tuliskan beberapa paragraf yang cukup berguna buatku dalam note handphone.

Sejak kecil otak kananku menyimpan memori super hero yang dapat terbang dan menyelamatkan banyak orang, telingaku begitu peka dengan cerita pahlawan yang mendedikasikan dirinya untuk menolong banyak orang.

Sejak saat itu aku bermimpi menjadi mereka, mendedikasikan diri untuk orang yang ku cintai. Namun perjalanan sebenarnya tidaklah semudah memberi petuah kepada anak kecil, karena terkadang aku larut dalam pertentangan dilematis cinta dan kesenangan pribadi.

Aku sendiri sadar bahwa pahlawan tidak pernah ada – hanya utopis semata. Namun semangat dan gagasan mereka senantiasa mengakar pada prinsip hidupku.

Politik yang akhirnya ku pilih merupakan satu dari sekian menifestasi pahlawan yang ada, aku mulai memahami dan menyukainya. Politik sejatinya menunjukkan padaku sisi perjuangan dan pengorbanan seseorang untuk orang lain yang tidak pernah dikenalnya.

Orang berspekulasi ekstrim saat memandang politik; busuklah; kotorlah; bejadlah; dan lainnya. Tapi aku hanya ingin memperingatkan bahwa hanya orang bodohlah yang memandang dengan subjektif.

Politik tidak memberi sayap untuk terbang dan menyelamatkan orang, tidak juga memberi jaring-jaring untuk bergelantung; tak ada kekuatan super apapun. Tapi politik senantiasa memusatkan perhatian pada orang lain, membuat mereka tersenyum ikhlas, bergembira dan merasa nyaman di dekat kita.

Seperti halnya untukku, melihat orang tersenyum jauh lebih penting dari harta, jabatan atau apapun yang menguasai emosi manusia. Sebagian orang bakal mengatakan BULSHIT, tapi kukatakan bahwa kebahagiaan adalah segalanya; yang dapat mengobati setiap penyakit kehidupan.

bisa juga dilihat di https://www.facebook.com/notes/luthfi-hasanal-bolqiah/antara-depok-ciputat-filosofi-sebuah-jarak/10151727112644366

0 komentar:

Posting Komentar

Please Comment!!