Minggu, 27 Januari 2013

Idealisme? Realisme? Anda salah! Aku Tsubasa Ozora



Idealisme? Realisme? Anda salah! Aku Tsubasa Ozora
Essay ini ku persembahkan untuk Essay Competition
                      Smart UI Goes to School 7 dengan memilih tema Langkah Kecil Untuk Mimpi Besarku.

Hidup ini adalah misteri dan akan tetap menjadi misteri sampai kapanpun, itulah mengapa kita tidak pernah tahu siapa diri kita esok hari. Kita hanya tahu mimpi apa yang sedang kita pegang dan kita gantungkan seraya mesti percaya bahwa Tuhan selalu menyaksikan setiap hambanya yang berusaha mendekat padanya. Dengan kata lain hanya rasa optimislah yang kemudian akan menghadirkan khayalan itu tepat dihadapan mata.

Kala kecil kita selalu ditanya oleh orang-orang disekitar kita “Apa cita-citamu?” dan dengan bangga kitapun menyebutkannya “Saya ingin menjadi Ilmuwan” bahkan sebagian anak mengatakannya dengan nada yang sangat keras sama halnya aku.
Tidak ada yang aku pikirkan saat itu, selain bangga melihat idolaku tertempel di buku pelajaran sekolah. Dengan rasa pamer aku memperlihatkan foto itu kepada teman disampingku dan canda tawa mulai mengiringi obrolan singkat kami untuk saling membanggakan idola masing-masing.
Manusia memang hidup dengan mimpinya masing-masing namun mimpi hanya dimiliki oleh para pemuda juga remaja. Karena merekalah yang dalam keadaan semangat membara untuk mengejar takdir mereka sendiri.
Takdir adalah apa yang kita inginkan. Dan ketika kita menginginkan sesuatu maka seluruh jagatraya bersatu padu untuk membantu kita merealisasikannya. -Paulo Caelho-
Dengan begitu misteri adalah apa yang kita inginkan. Memang tidak diketahui namun senantiasa direncanakan oleh setiap orang yang berusaha menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang mempunyai tujuan dalam hidupnya.
Aku yang ketika kecil dengan polosnya menuliskan mimpiku dalam kalimat bahasa inggris seadanya “I’ll Change The World” seketika orang-orang disekelilingku mencibir dan menghinaku akan impian yang mustahil itu. Namun aku tahu hal itu bukan mustahil karena berangkat dari misiku untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah lama tertidur. Sayangnya itu adalah aku dahulu dengan optimis yang besar.
Namun kondisiku yang semakin dewasa malah merasakan pesimis dengan mimpi besarku dahulu, sepertinya memang mustahil aku merubah dunia yang sangat besar ini. Socrates bilang “Orang paling bijak adalah dia yang tahu bahwa dirinya tidak tahu apa-apa” dengan kata lain semakin aku dewasa dan belajar maka aku akan semakin pesimis karena merasa paling bodoh dan tidak tahu apa-apa.
Tapi cukup sampai disana aku melupakan mimpiku setelah akhirnya aku menemukan keajaiban, Tuhan menegurku. Ya, Tuhan seolah membimbingku untuk kembali bangkit dan mengejar mimpiku, bagaimana cara Tuhan menegurku? Sangat sederhana yaitu dengan tulisan yang pernah aku tulis dahulu kala dan aku temukan disela-sela buku catatanku.
Ya Allah, berikanlah aku musibah dan masalah terbesar dalam hidupku agar aku dapat meloncat menjauhi teman-temanku
Doa singkat inilah yang menggambarkan kondisiku dahulu dengan semangat dan mimpi besarku. Aku hanya bisa berlinang air mata hari ini diumurku yang 17 tahun karena aku tahu bahwa selama ini telah aku lupakan Tuhan dan masa mudaku yang ambisius. Dan aku sadar Tuhan sedang memberikan cobaan agar aku berkembang bukan untuk tenggelam.
Keadaan dewasa memang membuat banyak orang memandang hidup dengan realistis, namun pada akhirnya cara seperti itu malah membuat orang-orang menjadi pesimis dengan mimpi besarnya ketika kecil, termasuk aku.
Anak kecil memang polos, terutama komik dan film kartun membuat mereka berkhayal tinggi. Menjadi pemain bola nomor 1 seperti Tsubasa, Detektif terkenal seperti Sherlock Holmes ataupun menjadi yang terkuat seperti Naruto.  namun sebenarnya kartun dan komik adalah motivasi terbesar untuk anak kecil yang bermimpi besar.
Hari ini aku ingin bercerita pada dunia, memberitahu pada setiap orang dan membisikannya pada orang itu bahwa aku telah kembali menjadi anak kecil dengan mimpiku merubah dunia. Kesimpulan ini aku ambil karena aku melihat tulisan yang aku tulis dahulu dan seketika semangat anak kecilku hadir dan mengisi kedewasaanku. Kini aku memang terlihat dewasa namun tetap seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa tapi dengan mimpi yang besar.
Kehidupan manusia adalah semangat mereka, sedangkan semangat selalu naik dan turun. Rasa optimis terkadang hadir namun adakalanya lenyap, maka kita harus punya strategi untuk itu, The Secrets of how scientist think (Rahasia berpikir para Ilmuwan) yaitu Menulis. Dan ini menjadi gagasan pertamaku.
Kita tidak tahu siapa itu Socrates dibanding Aristhoteles karena memang Socrates tidak pernah menulis sedangkan Aristhoteles selalu menuliskan gagasan juga pemikirannya. Padahal Socrates adalah guru Plato dan Plato adalah gurunya Aristhoteles namun dunia hanya mengenal mereka yang menulis dan berkarya karena dengan menulis dunia akan tahu siapa dan apa yang telah kita lakukan. Tanpa menulis maka dunia seolah melupakan kita, dan bukan tidak mungkin kita dianggap tidak pernah ada layaknya sorates yang masih menjadi misteri sampai hari ini, dan kita mengenal Aristhoteles dengan berbagai karyanya.
Perubahan besarku berawal dari tanganku yang selalu menulis dan pemikiranku yang besar seperti halnya anak kecil namun bukan berarti itu mustahil. Aku hanya perlu mengembangkan konsepku menjadi lebih nyata dengan semangat yang dahulu aku rasakan. Semangat itulah yang kembali hadir ketika aku membaca dan mengenang masa kecilku, dengan kata lain jika aku dahulu tidak menulisnya maka hari ini aku tetap akan menjadi orang yang pesimis.
Jadi singkatnya ketika aku dahulu menginginkan sesuatu maka dengan rasa percaya diri juga semangat besar aku menuliskannya. Kemudian saat aku dewasa maka membaca catatan kecilku adalah sebuah kewajiban bagiku agar tetap merasakan rasa percaya diri dan semangat besar seperti halnya dahulu ketika aku kecil. Menulis dan kemudian membaca tulisan adalah hal sederhana dalam hidup ini namun memberikan dampak luar biasa sehingga baik ketika aku kecil maupun dewasa bahkan tua sekalipun, jika aku menulis seluruh riwayatku maka aku dapat tetap bergairah dan semangat untuk mencapai mimpiku. Tentunya langkah itu menjadikanku optimis meski hari esok adalah misteri.
Aku Menulis Untuk Masa Depanku
Karya : Luthfi Hasanal Bolqiah

Manusia hidup dalam misteri
Bergelut dengan takdir yang tak terpecahkan
Aku sendiri tanpa teman
Hanya catatan kecil tentang diriku dahulu kala
Aku membukanya
Bbbbbrrrrrrr
Siapa aku sekarang? Idealisme? atau orang yang selalu ingin realistis?
Oh tidak, aku masih seperti dahulu
Berteriak saat Tsubasa mencetak gol,
Menangis saat Naruto melindungi sahabatnya
Dan mengerutkan dahi untuk berusaha memecahkan misteri seperti halnya Conan Edogawa.

Aku kecil selalu menulis,
Aku dewasa mulai membaca dan tetap menulis,
Aku yang tua memang masih membaca tulisanku dahulu namun tetap menulis,
Menulis,
Menulis,
Menulis untuk aku dan masa depanku
Dan untuk mereka yang akan mengenangku