Idealisme?
Realisme? Anda salah! Aku Tsubasa Ozora
Essay ini ku persembahkan untuk Essay
Competition
Smart UI Goes
to School 7 dengan memilih tema Langkah Kecil Untuk Mimpi Besarku.
Kala
kecil kita selalu ditanya oleh orang-orang disekitar kita “Apa cita-citamu?”
dan dengan bangga kitapun menyebutkannya “Saya ingin menjadi Ilmuwan” bahkan
sebagian anak mengatakannya dengan nada yang sangat keras sama halnya aku.
Tidak
ada yang aku pikirkan saat itu, selain bangga melihat idolaku tertempel di buku
pelajaran sekolah. Dengan rasa pamer aku memperlihatkan foto itu kepada teman
disampingku dan canda tawa mulai mengiringi obrolan singkat kami untuk saling
membanggakan idola masing-masing.
Manusia
memang hidup dengan mimpinya masing-masing namun mimpi hanya dimiliki oleh para
pemuda juga remaja. Karena merekalah yang dalam keadaan semangat membara untuk
mengejar takdir mereka sendiri.
Takdir
adalah apa yang kita inginkan. Dan ketika kita menginginkan sesuatu maka
seluruh jagatraya bersatu padu untuk membantu kita merealisasikannya.
-Paulo Caelho-
Dengan
begitu misteri adalah apa yang kita inginkan. Memang tidak diketahui namun
senantiasa direncanakan oleh setiap orang yang berusaha menjadi manusia
seutuhnya yaitu manusia yang mempunyai tujuan dalam hidupnya.
Aku
yang ketika kecil dengan polosnya menuliskan mimpiku dalam kalimat bahasa
inggris seadanya “I’ll Change The World” seketika orang-orang disekelilingku
mencibir dan menghinaku akan impian yang mustahil itu. Namun aku tahu hal itu
bukan mustahil karena berangkat dari misiku untuk mengembalikan kejayaan Islam
yang telah lama tertidur. Sayangnya itu adalah aku dahulu dengan optimis yang
besar.
Namun
kondisiku yang semakin dewasa malah merasakan pesimis dengan mimpi besarku
dahulu, sepertinya memang mustahil aku merubah dunia yang sangat besar ini.
Socrates bilang “Orang paling bijak adalah dia yang tahu bahwa dirinya tidak
tahu apa-apa” dengan kata lain semakin aku dewasa dan belajar maka aku akan
semakin pesimis karena merasa paling bodoh dan tidak tahu apa-apa.
Tapi
cukup sampai disana aku melupakan mimpiku setelah akhirnya aku menemukan
keajaiban, Tuhan menegurku. Ya, Tuhan seolah membimbingku untuk kembali bangkit
dan mengejar mimpiku, bagaimana cara Tuhan menegurku? Sangat sederhana yaitu
dengan tulisan yang pernah aku tulis dahulu kala dan aku temukan disela-sela
buku catatanku.
Ya Allah, berikanlah aku musibah dan masalah
terbesar dalam hidupku agar aku dapat meloncat menjauhi teman-temanku
Doa
singkat inilah yang menggambarkan kondisiku dahulu dengan semangat dan mimpi
besarku. Aku hanya bisa berlinang air mata hari ini diumurku yang 17 tahun
karena aku tahu bahwa selama ini telah aku lupakan Tuhan dan masa mudaku yang
ambisius. Dan aku sadar Tuhan sedang memberikan cobaan agar aku berkembang
bukan untuk tenggelam.
Keadaan
dewasa memang membuat banyak orang memandang hidup dengan realistis, namun pada
akhirnya cara seperti itu malah membuat orang-orang menjadi pesimis dengan
mimpi besarnya ketika kecil, termasuk aku.
Anak
kecil memang polos, terutama komik dan film kartun membuat mereka berkhayal
tinggi. Menjadi pemain bola nomor 1 seperti Tsubasa, Detektif terkenal seperti
Sherlock Holmes ataupun menjadi yang terkuat seperti Naruto. namun sebenarnya kartun dan komik adalah
motivasi terbesar untuk anak kecil yang bermimpi besar.
Hari
ini aku ingin bercerita pada dunia, memberitahu pada setiap orang dan membisikannya
pada orang itu bahwa aku telah kembali menjadi anak kecil dengan mimpiku
merubah dunia. Kesimpulan ini aku ambil karena aku melihat tulisan yang aku
tulis dahulu dan seketika semangat anak kecilku hadir dan mengisi kedewasaanku.
Kini aku memang terlihat dewasa namun tetap seperti anak kecil yang tidak tahu
apa-apa tapi dengan mimpi yang besar.
Kehidupan
manusia adalah semangat mereka, sedangkan semangat selalu naik dan turun. Rasa
optimis terkadang hadir namun adakalanya lenyap, maka kita harus punya strategi
untuk itu, The Secrets of how scientist think (Rahasia berpikir para
Ilmuwan) yaitu Menulis. Dan ini menjadi gagasan pertamaku.
Kita
tidak tahu siapa itu Socrates dibanding Aristhoteles karena memang Socrates
tidak pernah menulis sedangkan Aristhoteles selalu menuliskan gagasan juga
pemikirannya. Padahal Socrates adalah guru Plato dan Plato adalah gurunya
Aristhoteles namun dunia hanya mengenal mereka yang menulis dan berkarya karena
dengan menulis dunia akan tahu siapa dan apa yang telah kita lakukan. Tanpa
menulis maka dunia seolah melupakan kita, dan bukan tidak mungkin kita dianggap
tidak pernah ada layaknya sorates yang masih menjadi misteri sampai hari ini,
dan kita mengenal Aristhoteles dengan berbagai karyanya.
Perubahan
besarku berawal dari tanganku yang selalu menulis dan pemikiranku yang besar
seperti halnya anak kecil namun bukan berarti itu mustahil. Aku hanya perlu
mengembangkan konsepku menjadi lebih nyata dengan semangat yang dahulu aku
rasakan. Semangat itulah yang kembali hadir ketika aku membaca dan mengenang
masa kecilku, dengan kata lain jika aku dahulu tidak menulisnya maka hari ini
aku tetap akan menjadi orang yang pesimis.
Jadi
singkatnya ketika aku dahulu menginginkan sesuatu maka dengan rasa percaya diri
juga semangat besar aku menuliskannya. Kemudian saat aku dewasa maka membaca
catatan kecilku adalah sebuah kewajiban bagiku agar tetap merasakan rasa
percaya diri dan semangat besar seperti halnya dahulu ketika aku kecil. Menulis
dan kemudian membaca tulisan adalah hal sederhana dalam hidup ini namun
memberikan dampak luar biasa sehingga baik ketika aku kecil maupun dewasa
bahkan tua sekalipun, jika aku menulis seluruh riwayatku maka aku dapat tetap
bergairah dan semangat untuk mencapai mimpiku. Tentunya langkah itu menjadikanku
optimis meski hari esok adalah misteri.
Aku Menulis
Untuk Masa Depanku
Karya : Luthfi
Hasanal Bolqiah
Manusia hidup
dalam misteri
Bergelut dengan
takdir yang tak terpecahkan
Aku sendiri
tanpa teman
Hanya catatan
kecil tentang diriku dahulu kala
Aku membukanya
Bbbbbrrrrrrr
Siapa aku
sekarang? Idealisme? atau orang yang selalu ingin realistis?
Oh tidak, aku
masih seperti dahulu
Berteriak saat
Tsubasa mencetak gol,
Menangis saat
Naruto melindungi sahabatnya
Dan mengerutkan
dahi untuk berusaha memecahkan misteri seperti halnya Conan Edogawa.
Aku kecil selalu
menulis,
Aku dewasa mulai
membaca dan tetap menulis,
Aku yang tua
memang masih membaca tulisanku dahulu namun tetap menulis,
Menulis,
Menulis,
Menulis untuk
aku dan masa depanku
Dan untuk mereka
yang akan mengenangku