Rabu, 02 Januari 2013

Sinopsis Buku yang belum ada judulnya



Ini ceritaku, orang yang sholeh dan pintar. Semua di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut ini mengenaliku bukan hanya budi pekerti yang sopan melainkan wajahku yang cukup memukau banyak orang terutama wanita. Hidupku sangat nyaman sehingga beragam pujian pernah aku dapatkan dari setiap orang yang menetap di Pesantren.

Pesantren yang aku tinggali ini sangat megah untuk kota sekelas Garut, dan aku didalamnya dengan posisi diagungkan dan dihormati. Tapi sayangnya, kebanggaanku itu mulai hilang dan melenyap setelah aku menemukan catatn pribadi milik Philein. Seorang santri yang dikeluarkan 2 bulan yang lalu namun mengyisakan misteri yang masih bertaburan. Berawal dari rasa penasaranku untuk mengenalinya tapi akhirnya aku merasakan sebuah daya magis yang luar biasa, aku seolah berdialog dengan buku catatan Philein. Buku itu mengajariku banyak hal bahkan semakin merubah kebiasaanku yang awalnya adalh penurut kini mulai kritis dan mempertanyakan banyak hal termasuk rutinitas Darul Arqam yang tanpa makna.

Aku yang awalnya terlelap dalam berbagai pujian dan prestasi gemilang kini mulai sadar bahwa sebenarnya keadaan Darul Arqam sangat parah, tradisi dan budaya keislaman yang mengikis karena pengaruh globalisasi sudah memasuki pesantren juga prilaku orang kafir yang mengakar dalam pergaulan para santri. Saat dimana perkataan sudah tidak dijaga dan perilaku semakin bebas membuat semuanya hancur. Disamping itu Aparatur Pesantren pun mengalami berbagai komflik Internal, saling berdebat bahkan menjelekkan satu sama lain. Entahlah harus disebut ustadz dari segi mana lagi.

Perubahanku yang cukup signifikan itu tidak berjalan seperti air mengalir melainkan menuai kontroversi seperti halnya Philein ketika berada di Pesantren ini, dialah orang yang selalu banyak diperbincangkan karena prilakunya membuat onar dikelas, mendebat guru-gur dan mengkritik temannya bahkan para Guru juga Pimpinan sekalipun. Itulah yang membuat dia dikeluarkan dari Pesantren ini, artikel dan catatannya sangat keras jika mengkritik orang lain membuat amarah semakin memuncak. Dan aku yang dahulu menyebutnya sesat kini malah mengikutinya dan pada akhirnya aku merasakan hal yang sama yaitu kontroversial dan dianggap sesat oleh teman-temanku.

Aku masih tidak memperdulikannya dan masih bergelut dengan catatan-catatan juga riwayat Philein yang semakin membuatku sadar bahwa keadaan Darul Arqam sangat kacau sekali bahkan umat islampun mengalami hal yang serupa.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mencari fakta yang sebenarnya terjadi, mengkritisinya juga mencari benang mereah disetiap peristiwa yang dialami. Rutinitasku berubah total, aku bukan lagi penurut melainkan mendebat beberapa guru yang tidak sesuai dengan pandanganku.

Aku tahu resiko apa yang aku lakukan, dan hal itu mulai terjadi setelah aku dipanggil ke kantor Pimpinan. Disana para guru sudah bersiap untuk menasehatiku namun aku masih memegang prinsipku, dalam bayanganku Philein pasti pernah mengalami hal yang sama dan aku harus siap untuk di keluarkan sekalipun.

Kini permasalahan semakin runyam setelah 80% penghuni Komplek Pesantren mencerca dan menghinaku, sepertinya nasibku akan berbeda dengan Philein. Aku akan mati busuk didalam Penjara Suci ini.

Hidup terasing membuat berita kegaduhan ini sampai pada beberapa Alumni Pesantren yang sudah memulai hidup barunya juga beberapa warga Muhammadiyah yang lainnya. Dan ternyata Tuhan masih menyayangiku, mereka semua berada di pihakku dengan pendapat yang sama bahwa Darul Arqam perlu berbenah diri di era globalisasi ini.

Namun sayanganya itu hanya membuat keadaan semakin kisruh sehingga terjadi dua kubu yang sama kuatnya, rutinitasku sangat kacau kali ini. beberapa Alumni berusaha menghubungiku namun pihak Aparatur Pondok malah mencoba menghalanginya. Aku mulai tak berdaya sedangkan peperangan sedang dimulai, warga Garut tidak menutup telinga justru mereka mendengarnya dan menjadikan berita ini topik utama dalam setiap pertemuan mereka.

Warga Garut malah beranggapan lebih parah lagi dengan mengatakan bahwa Pesantren Darul Arqam mencoreng pendidikan Kota Garut dan menyebutnya Lembaga Kotor. Setalah itu keadaan diluar kendali, santri-santri mulai ditarik keluar oleh orang tuanya masing-masing, kemudian tidak ada lagi yang mendaftar untuk menjadi santri baru. Beberapa sponsor menghentikan kontrak bantuannya sehingga perekonomian lembaga menurun drastis. Kebangkrutan mulai melanda dan para ustadz panik sehingga bebapa dari mereka meminta berhenti dari kerjaannya.

Darul Arqam semakin tidak berpenghuni, Philein tiba-tiba berada di pintu asrama dan mengajakku keluar. Kami berjalan bersama satu hari penuh, menceritakan banyak hal tentang teori yang dikekumakakannya juga perjalanan hidupnya selama ini. Akhirnya sore tiba dan aku pulang kembali ke Darul Arqam, Philein memintaku merahasiakan pertemuan kami dan satu hal lagi yang membuatku aneh saat Philein menyuruhku untuk menguatkan mentalku dan berani menghadapi kenyataan yang akan dilihatnya setelah pulang ke Pesantren.

Ternyata Philein benar, dan ini diluar dugaanku. Pesantren Darul Arqam Garut sudah tiada melainkan tanah luas yang rata oleh tanah, mungkin hanya tersisa puing-puing hitam dan debu yang menyesakkan hidung akibat kebakaran besar yang terjadi seharian ini.

Aku tersungkur didepan gerbang yang dahulu megah dan dipuja selama 30 tahun ini. aku menangis karena aku tidak bisa melakukan apapun, seharusnya aku tahu ini dari awal dan mengingatkan banyak orang tentang kehancuran yang akan terjadi ini atau sebelaiknya aku malah seharusnya menutup diri dan seolah tidak mengenal Philein.

Philein berada di sampingku ternyata, berdiri tegak menatap kenyataan yang tidak pernah terduga. Beberapa dari alumni juga berada di dekat Philein mereka mengangkat pundakku untuk berdiri, Philein mengatakan beberapa hal yang membuatku merasa nyaman mesikupn ada yang menyesakkan dada. Ini akhir yang menyedihkan, tapi awal dari kebangkitan Islam karena terkadang harus ada sesuatu yang nampak untuk mengajari banyak orang dan membuat hati mereka tergugah bahwa ada sesuatu yang tidak beres disekitar kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Please Comment!!